Pelaku usaha bursa berjangka didorong untuk mengajak masyarakat berinvestasi di bursa berjangka. Hal itu karena masyarakat Indonesia masih sedikit yang paham jasa keuangan.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan, mayoritas penduduk Indonesia belum mengerti fungsi jasa keuangan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, masyarakat Indonesia masih sedikit berinvestasi di jasa keuangan.
"Menurut OJK financial literacy, penduduk Indonesia tidak paham jasa keuangan, future literacy di Indonesia menurut saya masih sangat minim sekarang," kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, dalam Market Review & Outlook 2014 Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia, di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Menurut Bayu, dalam hal investasi masyarakat Indonesia masih kalah dengan penduduk Malaysia. Bahkan masyarakat Malaysia kalangan menengah bawah banyak berinvestasi di jasa keuangan.
"Kalau di Malaysia mereka yang masih berpendapatan menengah ke bawah sudah main bursa memainkan pergerakan angka," tutur Bayu.
Oleh karena itu, Bayu meminta pelaku usaha bursa berjangka untuk mengambil peran dalam mengajak masyarakat untuk mengenal produk keuangan dan berinvestasi.
"Ini saya kira mendorong kedua perusahaan ini membangun future literacy bursa berjangka, memang kecil dampaknya pada bursa, dampak ekonominya besar," kata Bayu.
Bayu menambahkan, jika langkah itu dilakukan maka memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Pertama, masyarakat yang terlindungi investasinya. Kedua, memberikan dukungan kepada masyarakat untuk lebih menginvestasikan uangnya.
"Kita melindungi mereka, kita mendapat dukungan kalau mengeuarkan aturan kita butuh dukungan mereka, banyak Indonesia orang Indonesia yang kaya, ini harusnya kita tangkap jangan membiarkan konsumtif, saya memohon future literacy 2014," pungkasnya.
Meski memiliki jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, masyarakat Indonesia yang paham seluk beluk investasi pasar modal ternyata baru mencapai 0,2% atau sekitar 500 ribu orang.
Kondisi ironis tersebut menjadi tantangan bagi perusahaan pengelola keuangan (fund management) dalam upayanya meningkatkan kapitalisasi pasar.
Tak hanya investasi saham, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat minimnya masyarakat Indonesia yang menjadi investor produk investasi reksa dana. Setidaknya tercatat hanya 300 ribu penduduk Indonesia yang saat ini memiliki reksa dana. (Pew/Ahm)
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan, mayoritas penduduk Indonesia belum mengerti fungsi jasa keuangan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, masyarakat Indonesia masih sedikit berinvestasi di jasa keuangan.
"Menurut OJK financial literacy, penduduk Indonesia tidak paham jasa keuangan, future literacy di Indonesia menurut saya masih sangat minim sekarang," kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, dalam Market Review & Outlook 2014 Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia, di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Menurut Bayu, dalam hal investasi masyarakat Indonesia masih kalah dengan penduduk Malaysia. Bahkan masyarakat Malaysia kalangan menengah bawah banyak berinvestasi di jasa keuangan.
"Kalau di Malaysia mereka yang masih berpendapatan menengah ke bawah sudah main bursa memainkan pergerakan angka," tutur Bayu.
Oleh karena itu, Bayu meminta pelaku usaha bursa berjangka untuk mengambil peran dalam mengajak masyarakat untuk mengenal produk keuangan dan berinvestasi.
"Ini saya kira mendorong kedua perusahaan ini membangun future literacy bursa berjangka, memang kecil dampaknya pada bursa, dampak ekonominya besar," kata Bayu.
Bayu menambahkan, jika langkah itu dilakukan maka memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Pertama, masyarakat yang terlindungi investasinya. Kedua, memberikan dukungan kepada masyarakat untuk lebih menginvestasikan uangnya.
"Kita melindungi mereka, kita mendapat dukungan kalau mengeuarkan aturan kita butuh dukungan mereka, banyak Indonesia orang Indonesia yang kaya, ini harusnya kita tangkap jangan membiarkan konsumtif, saya memohon future literacy 2014," pungkasnya.
Meski memiliki jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, masyarakat Indonesia yang paham seluk beluk investasi pasar modal ternyata baru mencapai 0,2% atau sekitar 500 ribu orang.
Kondisi ironis tersebut menjadi tantangan bagi perusahaan pengelola keuangan (fund management) dalam upayanya meningkatkan kapitalisasi pasar.
Tak hanya investasi saham, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat minimnya masyarakat Indonesia yang menjadi investor produk investasi reksa dana. Setidaknya tercatat hanya 300 ribu penduduk Indonesia yang saat ini memiliki reksa dana. (Pew/Ahm)