Berlakunya perjanjian perdagangan bebas ASEAN Economic Community (AEC) 2015 akan membuat tingkat persaingan produk-produk negara lain dengan produk-produk lokal Indonesia, terutama dalam hal harga, kualitas, dan desain semakin meningkat.
Namun persaingan ketat tersebut diyakini tidak akan pernah bisa menjatuhkan para pengusaha dan perajin lokal. Sebaliknya, kondisi itu malah akan semakin mendorong dan memotivasi perajin untuk lebih tangguh dan kreatif dalam menghasilkan produk-produk yang diminati pasar global maupun lokal.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan ini harus terus didukung oleh semua pihak terutama dalam pengembangan produk dan pemasaran.
"Tingginya minat pasar internasional terhadap kerajinan Indonesia karena kerajinan Indonesia merupakan produk hasil sentuhan seni dan budaya Indonesia dengan cita rasa yang tinggi, kreatif dengan sederet keistimewaan serta keunikan lainnya, yang tidak dimiliki bahkan tidak dapat disaingi oleh produk bangsa lain di dunia," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Menurut Gita, keunggulan produk kerajinan Indonesia sudah terbukti dari tingginya minat pasar luar negeri yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai ekspor produk kerajinan Indonesia. Pada periode tahun 2008 – 2012, ekspor produk kerajinan Indonesia terus mengalami peningkatan dengan tren sebesar 5,61%.
Pada 2012, ekspor produk kerajinan Indonesia mencapai US$ 696,33 juta. Sedangkan ekspor produk serupa untuk periode Januari–Agustus 2013 telah mencetak angka US$ 446,41 juta. Negara-negara tujuan ekspor produk kerajinan antara lain Amerika Serikat sebesar 43,32%, Jepang 11,78%, Inggris 5,03%, Jerman 3,70%, dan Australia 3,14%.
"Selama ini usaha kerajinan mampu mengembangkan sektor riil, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memberikan penghasilan bagi semua elemen yang terlibat dalam usaha tersebut. Para pengusaha kerajinan yang sebagian besar adalah UKM sudah terbukti ketangguhannya dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia tahun 1998 dan 2008," tandasnya. (Dny/Shd)
Namun persaingan ketat tersebut diyakini tidak akan pernah bisa menjatuhkan para pengusaha dan perajin lokal. Sebaliknya, kondisi itu malah akan semakin mendorong dan memotivasi perajin untuk lebih tangguh dan kreatif dalam menghasilkan produk-produk yang diminati pasar global maupun lokal.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan ini harus terus didukung oleh semua pihak terutama dalam pengembangan produk dan pemasaran.
"Tingginya minat pasar internasional terhadap kerajinan Indonesia karena kerajinan Indonesia merupakan produk hasil sentuhan seni dan budaya Indonesia dengan cita rasa yang tinggi, kreatif dengan sederet keistimewaan serta keunikan lainnya, yang tidak dimiliki bahkan tidak dapat disaingi oleh produk bangsa lain di dunia," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Menurut Gita, keunggulan produk kerajinan Indonesia sudah terbukti dari tingginya minat pasar luar negeri yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai ekspor produk kerajinan Indonesia. Pada periode tahun 2008 – 2012, ekspor produk kerajinan Indonesia terus mengalami peningkatan dengan tren sebesar 5,61%.
Pada 2012, ekspor produk kerajinan Indonesia mencapai US$ 696,33 juta. Sedangkan ekspor produk serupa untuk periode Januari–Agustus 2013 telah mencetak angka US$ 446,41 juta. Negara-negara tujuan ekspor produk kerajinan antara lain Amerika Serikat sebesar 43,32%, Jepang 11,78%, Inggris 5,03%, Jerman 3,70%, dan Australia 3,14%.
"Selama ini usaha kerajinan mampu mengembangkan sektor riil, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memberikan penghasilan bagi semua elemen yang terlibat dalam usaha tersebut. Para pengusaha kerajinan yang sebagian besar adalah UKM sudah terbukti ketangguhannya dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia tahun 1998 dan 2008," tandasnya. (Dny/Shd)