PT Pertamina (Persero) memperkirakan kerugian yang harus ditanggung perseroan dari penjualan elpiji non subsidi pada tahun ini mencapai Rp 6 triliun, naik dari tahun lalu Rp 5 triliun.
Menurut Direktur Pemasaran Pertamina, Hanung Budya, semakin besar kerugian perseroan dari penjualan elpiji berukuran 12 kilogram (kg) tersebut disebabkan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Berdasarkan data valuta asing Bloomberg, rupiah kini bertengger di 11.700 per dolar AS. Sementara, Hanung menyebutkan nilai tukar rupiah pada tahun lalu berkisar Rp 9.000 per dolar AS.
"Harga CP Aramconya sebenarnya sama, tapi karena beli pakai dolar kemudian dijual dalam rupiah jadi makin rugi," papar Hanung saat berbincang dengan Liputan6.com di Manokwari, Papua Barat, Kamis (21/11/2013).
Untuk menekan kerugian, Pertamina berencana menaikkan harga elpiji 12 kg. Saat ini Pertamina masih menjual elpiji non subsid tersebut dengan harga yang lebih rendah dari biaya produksinya.
Hanung menyebutkan, sebagai komoditas yang tidak disubsidi pemerintah, layaknya pertamax, Pertamina bebas untuk menentukan harga jual elpiji 12 kg. Namun, Pertamina akan memperhitungkan kondisi sosial masyarakat.
"Itukan hak korporasi. Tentu pada waktunya akan dinaikkam. Yang jelas sebelum Pemilihan Umum 2014. Coba bayangkan dengan uang Rp 6 triliun itu, kita bisa bangun berbagai infrastruktur untuk BBM, gas dan elpiji," terang dia. (Ndw/Shd)
Menurut Direktur Pemasaran Pertamina, Hanung Budya, semakin besar kerugian perseroan dari penjualan elpiji berukuran 12 kilogram (kg) tersebut disebabkan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Berdasarkan data valuta asing Bloomberg, rupiah kini bertengger di 11.700 per dolar AS. Sementara, Hanung menyebutkan nilai tukar rupiah pada tahun lalu berkisar Rp 9.000 per dolar AS.
"Harga CP Aramconya sebenarnya sama, tapi karena beli pakai dolar kemudian dijual dalam rupiah jadi makin rugi," papar Hanung saat berbincang dengan Liputan6.com di Manokwari, Papua Barat, Kamis (21/11/2013).
Untuk menekan kerugian, Pertamina berencana menaikkan harga elpiji 12 kg. Saat ini Pertamina masih menjual elpiji non subsid tersebut dengan harga yang lebih rendah dari biaya produksinya.
Hanung menyebutkan, sebagai komoditas yang tidak disubsidi pemerintah, layaknya pertamax, Pertamina bebas untuk menentukan harga jual elpiji 12 kg. Namun, Pertamina akan memperhitungkan kondisi sosial masyarakat.
"Itukan hak korporasi. Tentu pada waktunya akan dinaikkam. Yang jelas sebelum Pemilihan Umum 2014. Coba bayangkan dengan uang Rp 6 triliun itu, kita bisa bangun berbagai infrastruktur untuk BBM, gas dan elpiji," terang dia. (Ndw/Shd)