"Kenapa Indonesia kaya minyak tapi harga BBM mahal. Harusnya pemerintah jangan seenaknya menaikkan harga BBM," kata Mahasiswa Universitas Negeri Papua (Unipa) Angelina.
Pertanyaan itu ditujukan kepada Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan saat memberikan kuliah umum bertemakan 'Ayo Indonesia Mendunia'Â di Unipa, Manokwari Papua Barat, Jumat (22/11/2013). Kegiatan kuliah umum merupakan bagian dari Program Pertamina Mengajar.
Mendengar pertanyaan itu, Karen menyatakan jika anggapan itu keliru. Indonesia kini tidak lagi menjadi negara kaya minyak. Buktinya dalam memenuhi kebutuhan BBM nasional, Pertamina harus mengimpornya dari negara lain.
"Itu keliru. Kalau kita negara kaya minyak, pasti kita tidak impor minyak. Ini persepsi yang keliru yang harus diluruskan," jawab Karen di depan ratusan mahasiswa Unipa.
Karen menjelaskan, produksi minyak Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan. Sementara kebutuhan BBM masyarakat Indonesia terus meningkat.
Dia mencontohkan konsumsi solar naik 21% dan premium naik 14%. "Jadi kita harus mulai mendiversifikasi bahan bakar fosil ke energi lainnya," papar dia.
Karen menyebutkan Indonesia memiliki banyak keunggulan sumber daya alam, namun dioptimalkan. Misalnya gas, Indonesia memiliki cadangan 164 triliun kaki kubik (tcf)Â tapi baru memproduksi 3 tcf per tahun.
Kemudian batubara, Indonesia eksportir terbesar kedua di dunia, kemudian 40% cadangan panas bumi dunia ada di Indonesia dan terbesar dunia.
"Produksi minyak sawit 20 juta ton, cokelat 770 ton per tahun. Timah, produsen kedua 65 ribu ton, nikel 12% dari cadangan dunia, nomor 4 dan bauksit nomor 7 cadangannya," papar dia.
Dalam kuliah singkat tersebut, Karen juga mengajak mahasiswa melihat dunia, dengan memaparkan data-data soal kondisi dunia saat ini dan di mana posisi Indonesia.
Dia menyebutkan Indonesia berpeluang masuk kategori 'Breakout Nation' atau negara yang memiliki pertumbuhan lebih cepat dari negara lain.
"Kalau Indonesia mau masuk 'Breakout Nation' maka pertumbuhan ekonominya harus 7%-10% selama 15 tahun secara konstans," tutur dia.
Salah satu faktor yang bakal menyandung Indonesia menjadi 'Breakout Nation' yaitu masalah korupsi.
"Tapi kelebihannya, kita punya kelebihan yaitu jumlah penduduk kita yang menempati posisi keempat terbanyak dunia dan rata-rata berada pada usia 39 tahun. Kalau 60% produktif untuk bangkitkan roda ekonomi,"
ungkap dia.
Kegiatan kuliah umum yang dilakukan Dirut Pertamina merupakan bagian dari program Pertamina Mengajar yang dimulai sejak pertengahan November ini.
Dalam program tersebut dilibatkan jajaran Direksi Pertamina yang akan terjun langsung memberikan kuliah umum di kampus-kampus. Seperti Universitas Padjajaran, Universitas Dipenegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Pattimura, Universitas Udayana,dan Universitas Sam Ratulangi. (Ndw)
Pertanyaan itu ditujukan kepada Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan saat memberikan kuliah umum bertemakan 'Ayo Indonesia Mendunia'Â di Unipa, Manokwari Papua Barat, Jumat (22/11/2013). Kegiatan kuliah umum merupakan bagian dari Program Pertamina Mengajar.
Mendengar pertanyaan itu, Karen menyatakan jika anggapan itu keliru. Indonesia kini tidak lagi menjadi negara kaya minyak. Buktinya dalam memenuhi kebutuhan BBM nasional, Pertamina harus mengimpornya dari negara lain.
"Itu keliru. Kalau kita negara kaya minyak, pasti kita tidak impor minyak. Ini persepsi yang keliru yang harus diluruskan," jawab Karen di depan ratusan mahasiswa Unipa.
Karen menjelaskan, produksi minyak Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan. Sementara kebutuhan BBM masyarakat Indonesia terus meningkat.
Dia mencontohkan konsumsi solar naik 21% dan premium naik 14%. "Jadi kita harus mulai mendiversifikasi bahan bakar fosil ke energi lainnya," papar dia.
Karen menyebutkan Indonesia memiliki banyak keunggulan sumber daya alam, namun dioptimalkan. Misalnya gas, Indonesia memiliki cadangan 164 triliun kaki kubik (tcf)Â tapi baru memproduksi 3 tcf per tahun.
Kemudian batubara, Indonesia eksportir terbesar kedua di dunia, kemudian 40% cadangan panas bumi dunia ada di Indonesia dan terbesar dunia.
"Produksi minyak sawit 20 juta ton, cokelat 770 ton per tahun. Timah, produsen kedua 65 ribu ton, nikel 12% dari cadangan dunia, nomor 4 dan bauksit nomor 7 cadangannya," papar dia.
Dalam kuliah singkat tersebut, Karen juga mengajak mahasiswa melihat dunia, dengan memaparkan data-data soal kondisi dunia saat ini dan di mana posisi Indonesia.
Dia menyebutkan Indonesia berpeluang masuk kategori 'Breakout Nation' atau negara yang memiliki pertumbuhan lebih cepat dari negara lain.
"Kalau Indonesia mau masuk 'Breakout Nation' maka pertumbuhan ekonominya harus 7%-10% selama 15 tahun secara konstans," tutur dia.
Salah satu faktor yang bakal menyandung Indonesia menjadi 'Breakout Nation' yaitu masalah korupsi.
"Tapi kelebihannya, kita punya kelebihan yaitu jumlah penduduk kita yang menempati posisi keempat terbanyak dunia dan rata-rata berada pada usia 39 tahun. Kalau 60% produktif untuk bangkitkan roda ekonomi,"
ungkap dia.
Kegiatan kuliah umum yang dilakukan Dirut Pertamina merupakan bagian dari program Pertamina Mengajar yang dimulai sejak pertengahan November ini.
Dalam program tersebut dilibatkan jajaran Direksi Pertamina yang akan terjun langsung memberikan kuliah umum di kampus-kampus. Seperti Universitas Padjajaran, Universitas Dipenegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Pattimura, Universitas Udayana,dan Universitas Sam Ratulangi. (Ndw)