Sukses

Harga Emas Kian Terpuruk Pekan Ini

Sejumlah data ekonomi AS pada pekan ini diprediksi positif sehingga akan menekan harga emas.

Harga emas berhasil menembus US$ 1.250 per ounce dan menyentuh US$ 1.236 per ounce,  sebelum ditutup melemah di US$ 1.243 per ounce pada pekan lalu. 

FOMC Minutes yang dirilis Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pada minggu lalu memang menegaskan adanya kesepakatan The Fed bahwa stimulus moneter bisa dikurangi seiring dengan membaiknya data ekonomi AS.

"Hal ini memicu sentimen negatif dan makin menekan emas," jelas analis dari Megagrowth Futures Wahyu Tri Laksono saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (25/11/2013)

Setelah level US$ 1.250 tertembus, emas memang cenderung mengarah ke area US$ 1.235-US$ 1.200 per ounce. Support jangka pendek terkuat berada di US$ 1.180, di mana potensi rebound kemungkinan besar bisa terjadi.

Resistance terdekat berada di US$ 1.250 dan US$ 1.280. Jika emas berhasil bertahan di atas US$ 1.294, maka emas berpotensi meneruskan rebound-nya ke area US$ 1.300-US$ 1.325.

"Resistance jangka pendek terkuat berada di US$ 1.362, di mana potensi tekanan turun bisa terjadi," papar dia.

Wahyu menyebutkan sejumlah data ekonomi AS terpenting pekan ini yang akan mempengaruhi pergerakan harga emas adalah data penjualan rumah yang tertunda (pending home sales) pada Senin, tingkat kepercayaan konsumen pada Selasa,  serta data durable goods, dan klaim pengangguran.

"Secara umum data-data tersebut diduga membaik dan berpotensi negatif bagi emas," jelas Wahyu. 

Sementara itu, hasil survei yang digelar Kitco News Gold Survey menyatakan, aksi jual para investor pekan lalu menjadi sinyal melemahnya harga emas dalam sepekan ke depan.

Seperti dilansir dari Forbes, dari 25 partisipan yang mengikuti survei, sebanyak enam partisipan memprediksi harga emas akan menguat. Mendominasi survei, sebanyak 14 partisipan yakin harga logam mulia tersebut akan melemah. Sementara lima lainnya memperkirakan, harga emas akan bergerak variatif pekan ini.

Para partisipan dalam survei tersebut adalah para pembeli dan penjual emas, bank-bank investasi, manager keuangan dan analis grafik teknik pergerakan harga logam mulia tersebut.

Sementara pada survei sebelumnya, sebagian besar partisipan memprediksi harga emas akan naik. Pasalnya, pada perdagangan Jumat di pekan tersebut, harga emas tercatat naik sebesar US$ 42.

Para partisipan yang memprediksi penurunan harga emas menjelaskan, pihaknya melihat grafik teknis pergerakan harga yang menunjukkan tren pelemahan. Tak hanya itu, berbagai kabar ekonomi besar juga menunjukkan pergerakan emas ke arah yang sama.

"Apa yang bisa saya katakan tentang emas pekan ini? (Emas) rasanya seperti seorang petinju yang terjebak di sudut ring dan Mike Tyson melemparkan pukulannya. Pukulan tersebut, dari kiri, berupa tingginya suku bunga dan dari kanan tapering The Fed menghantam tepat di wajahnya," papar pialang komoditas senior RJO Futures, Philip Streible.

Dia juga mengungkapkan, saat Uni Eropa secara mendadak menurunkan suku bunga acuannya, harga emas sempat melonjak. Awalnya Streible yakin itu merupakan titik balik bagi harga emas. Sayangnya, semua itu tak bertahan lama.

Sementara itu, meski sejumlah partisipan merasa harga emas akan terus turun, tapi adanya aksi jual pekan ini masih diragukan. Terlebih lagi setelah pasar emas ambruk pekan lalu. Para partisipan tersebut mengatakan, harga emas dapat melemah ke level US$ 1.240 per ounce atau menguat ke level US$ 1.275 per ounce.

Di sisi lain, ahli strategi pasar di Archer Financial Services, Adam Klopfeinstein mengatakan, pekan lalu harga emas memang menunjukkan pelemahan. Namun dia melihat adanya potensi penguatan harga emas pekan ini. (Ndw)

EnamPlus