Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (25/11/2013) ini menyentuh titik terlemah sepanjang 2013, yakni sebesar Rp 11.724 per dolar AS. Kondisi tersebut menyebabkan pendapatan dan laba maskapai milik pemerintah PT Garuda Indonesia tbk (GIAA) tertekan.
"Ya tentunya ada, karena pendapatan kita ada sebagian rupiah dan sebagian dolar, tentunya yang pendapatan rupiahnya agak tertekan," ungkap Direktur Keuangan Garuda Hendrito Hardjono di Cengkareng, Tangerang, Senin (25/11/2013).
Namun begitu, dia mengaku tekanan terhadap yang berbentuk mata uang rupiah tersebut masih bisa diimbangi dengan penerimaan perusahaan yang berasal dari mata uang dolar AS.
"Tapi kita juga punya pendapatan dolar, ya agak sedikit bisa mengimbangi. Porsinya rupiah 55%, dolarnya 45%," katanya.
Hendrito menambahkan tekanan penerimaan tersebut paling besar diakibatkan pembiayaan bahan bakar sebagai operasional pesawat.
Mengingat Garuda juga melayani rute ke luar negeri, maka dalam setiap pembelian Avtur, Garuda juga harus menggunakan mata uang dolar.
Perseroan tercatat membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 12,5% menjadi US$ 2,68 miliar untuk periode Januari-September 2013.
Kinerja perseroan tergerus beban usaha yang meningkat 16% sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2013. Beban usaha perseroan menjadi US$ 2,66 miliar hingga sembilan bulan pertama tahun 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai US$ 2,29 miliar.
Seperti diketahui Rupiah mencetak rekor terendahnya sepanjang perdagangan 2013. Pada perdagangan hingga pukul 10.03 WIB, rupiah telah ambruk ke level 11.724 per dolar AS.
Dikutip dari data Valas Bloomberg, Senin (25/11/2013), rupiah sempat menyentuh level terburuknya di level 11.726 per dolar AS. Namun rupiah kembali berbalik menguat ke posisi terbaiknya di perdagangan awal pekan ini ke level 11.663 per dolar AS.
Pada perdagangan hari ini, rupiah langsung dibuka melemah ke level 11.708 per dolar AS. Pada penutupan akhir pekan lalu, rupiah bertengger di level 11.700 per dolar AS. (Yas/Nur)
"Ya tentunya ada, karena pendapatan kita ada sebagian rupiah dan sebagian dolar, tentunya yang pendapatan rupiahnya agak tertekan," ungkap Direktur Keuangan Garuda Hendrito Hardjono di Cengkareng, Tangerang, Senin (25/11/2013).
Namun begitu, dia mengaku tekanan terhadap yang berbentuk mata uang rupiah tersebut masih bisa diimbangi dengan penerimaan perusahaan yang berasal dari mata uang dolar AS.
"Tapi kita juga punya pendapatan dolar, ya agak sedikit bisa mengimbangi. Porsinya rupiah 55%, dolarnya 45%," katanya.
Hendrito menambahkan tekanan penerimaan tersebut paling besar diakibatkan pembiayaan bahan bakar sebagai operasional pesawat.
Mengingat Garuda juga melayani rute ke luar negeri, maka dalam setiap pembelian Avtur, Garuda juga harus menggunakan mata uang dolar.
Perseroan tercatat membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 12,5% menjadi US$ 2,68 miliar untuk periode Januari-September 2013.
Kinerja perseroan tergerus beban usaha yang meningkat 16% sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2013. Beban usaha perseroan menjadi US$ 2,66 miliar hingga sembilan bulan pertama tahun 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai US$ 2,29 miliar.
Seperti diketahui Rupiah mencetak rekor terendahnya sepanjang perdagangan 2013. Pada perdagangan hingga pukul 10.03 WIB, rupiah telah ambruk ke level 11.724 per dolar AS.
Dikutip dari data Valas Bloomberg, Senin (25/11/2013), rupiah sempat menyentuh level terburuknya di level 11.726 per dolar AS. Namun rupiah kembali berbalik menguat ke posisi terbaiknya di perdagangan awal pekan ini ke level 11.663 per dolar AS.
Pada perdagangan hari ini, rupiah langsung dibuka melemah ke level 11.708 per dolar AS. Pada penutupan akhir pekan lalu, rupiah bertengger di level 11.700 per dolar AS. (Yas/Nur)