Sukses

Harga Minyak Jatuh Usai Negara Maju Longgarkan Sanksi Iran

Harga minyak jatuh pada Selasa (26/11/2013) pagi ini setelah adanya kemajuan pada kesepakatan nuklir Iran.

Harga minyak jatuh pada Selasa (26/11/2013) pagi ini setelah adanya kemajuan pada kesepakatan yang bertujuan untuk membatasi program nuklir Iran yang meredakan ketegangan di kawasan dan meningkatkan prospek ekspor minyak lebih dari negara tersebut.

Melansir laman CNN, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari turun 1,6% atau US$ 1,77 per barel di London menjadi US$ 109,3 per barel. Minyak mentah light di New York turun US$ 1,32 menjadi US$ 93,52 per barel.

Kesepakatan awal, yang dicapai antara Iran dan enam kekuatan dunia, menawarkan bangsa Timur Tengah US$ 7 miliar bantuan langsung dari sanksi ekonomi.

Pemerintah AS memperkirakan bahwa Iran telah kehilangan pendapatan sekitar US$ 80 miliar karena penjualan minyaknya merosot 60 % sejak awal 2012 sebagai akibat dari sanksi.

Iran menguasai sekitar 9% dari cadangan minyak di dunia. Tapi output minyak mentah negara ini mendekam di posisi terendah dalam 20 tahun, menurut Badan Energi Internasional dalam sebuah laporan baru-baru ini .

Kesepakatan awal menunda sanksi tertentu pada emas dan logam mulia, sektor otomotif dan ekspor petrokimia. Namun negara maju masih tidak akan mengizinkan Iran untuk meningkatkan penjualan minyak di atas satu juta barel per hari selama enam bulan .

Namun , beberapa analis memperhitungkan ekspor Iran bisa naik dalam waktu dekat karena penjualan telah jatuh pendek dari batas itu dalam beberapa bulan terakhir . Dan jika transaksi berjalan dengan baik , dan sanksi yang santai lanjut , Iran dapat memompa lebih banyak minyak ke pasar dunia pada akhir tahun depan .

"Dari perspektif gambaran besar , kesepakatan .. membuka kemungkinan setidaknya satu juta barel per hari minyak mentah Iran kembali ke pasar dunia pada kuartal keempat 2014," kata Clearview Energy Partners analis Kevin Book.

Book mengatakan dampak dari kesepakatan Iran pada harga minyak akan menjadi lebih besar kalau bukan karena hilangnya sebagian besar produksi Libya dalam beberapa bulan terakhir. Ekspor minyak dari negara Afrika utara telah berkurang karena gejolak politik yang sedang berlangsung. (Nur)