Sukses

Pasar Cemas, Kurs Rupiah Ambruk ke 11.800/US$

Pelaku pasar pesimistis pemerintah mampu menangani defisit transaksi berjalan yang semakin lebar.

Rupiah anjlok ke level terendah dalam empat tahun terakhir seiring munculnya kekhawatiran pemerintah tidak mampu mengurangi defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan dengan cepat.

Mengutip data Valuta Asing (Valas) Bloomberg, Rabu (27/11/2013), di pasar bank domestik, rupiah melemah 0,7% ke level 11.848 pada perdagangan pukul 9:32 waktu Jakarta. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak 20 Maret 2009.

Sementara nilai tukar rupiah di pasar non delivered forward (NDF) satu bulan ke depan merosot 1,6% ke level 11.835. Nilai tukarnya menguat 0,1% lebih tinggi dibandingkan di pasar spot.

Menteri Keuangan Chatib Bastri sebelumnya mengatakan, penurunan transaksi berjalan akan mencapai US$ 30 miliar hingga US$ 31 miliar di akhir tahun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan US$ 24 miliar pada 2012.

Defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat mencapai US$ 8,4 miliar pada kuartal III.  Di kuartal sebelumnya, angka defisit  mencapai rekor US$ 9,9 miliar.

Sementara itu, pemerintah yakin penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar 19% tahun ini tidak akan berdampak besar pada ekspor. Sebagai catatan, ekspor Indonesia telah anjlok selama 18 bulan terakhir hingga September.

"Sentimen masih belum berkembang untuk rupiah. Kekhawatiran besar masih datang dari transaksi berjalan. Impor dapat melambat dan pendapatan ekspor sulit untuk meningkat," ungkap ekonom di Nomura Holdings Inc., Enrico Tanuwidjaja.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, nilai tukar rupiah di sekitar level 11.500 dapat mendorong ekspor dan mengatasi defisit dalam level perdagangan terbesar.

Sejauh ini, volatilitas rupiah satu bulan ke depan, tercatat naik 40 basis point atau 0,4% ke level 14,714%.(Sis/Shd)