Sukses

Rupiah Ambruk karena Ulah Bank Indonesia Sendiri?

Chief Economist Danareksa, Purbaya Yudhi Sadewa menuding langkah-langkah BI yang keliru telah membuat rupiah ambruk. Apa argumennya?

Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih saja mengkhawatirkan. Usai menyentuh level terburuk di level 11.700 per dolar AS, rupiah masih saja terus melanjutkan pelemahannya.

Data kurs referensi JISDOR Bank Indonesia, Rabu (27/11/2013) mencatat rupiah hari ini diperdagangkan di kisaran Rp 11.813 per dolar AS. Rupiah melemah sekitar 48 poin dari sehari sebelumnya di level 11.756 per dolar AS.

Chief Economist Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa dalam perbincangan dengan Liputan6.com mengatakan pelemahan rupiah memang sudah banyak diramalkan banyak pihak.

Tanda-tanda pelemahan rupiah makin kuat kala pemangku kepentingan yaitu pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal adanya upaya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.  "Kalau ekonomi melambat, orang takut simpan uang disini, orang tak mau simpan uang di negara yang ekonomi melambat," kata Purbaya.

Dirinya menuding penanganan BI dalam mengatasi persoalan makro ekonomi Indonesia selama ini dinilai salah kaprah. Hal ini tercium dari keputusan bank sentral yang tetap menaikkan suku bunga acuan BI rate.

"Kalau melihat pengalaman 2008/2009, bunga dinaikkan justru akan membuat rupiah melemah. Teori yang dipakai BI itu salah, itu salah semua," tegasnya.

Untuk membuktikan tudingannya, Purbaya membandingkan kondisi ekonomi Indonesia pada periode krisis besar keuangan Asia. Pada era 1981-1997, Indonesia mencatat neraca transaksi berjalan negatif. Namun kala krisis menghadang pada 1998, neraca current account Indonesia justu bergerak positif.

Penanganan BI dalam mengatasi defisit neraca transaksi berjalan, jelas Purbaya, seharusnya dilakukan ketika arus modal asing tengah banyak mengalir ke Indonesia. Dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi, Indonesia justru dianggap tak mau menerima konsekuensi dari masuknya dana asing.

Kebijakan menaikkan bunga acuan BI rate justru dinilai bertentangan dengan upaya mempertahankan nilai tukar rupiah. "Itu bisa ditangani jangka waktu yang panjang dengan mengubah struktur ekonomi kita," jelas Purbaya. (Shd)
Video Terkini