Sekolah bisnis global INSEAD, baru-baru ini mengadakan penelitian bakat dan keterampilan pekerja di 103 negara. Hasilnya, penelitian tersebut menemukan Indonesia masih kekurangan 55 juta pekerja terampil. Â
"Kebutuhan pekerja terampil di Indonesia dapat meningkat dari 55 juta menjadi hingga 113 juta jiwa pada 2030," ungkap CEO Adecco Group Patrick De Maeseneire seperti dikutip dari laporan resmi bertajuk `The Global Talent Competitiveness Index 2013`, Rabu (26/11/2013).
Dalam melakukan penelitian bakat dan keterampilan kerja tersebut, INSEAD memang tidak sendiri. Sekolah bisnis yang tersebar di tiga benua itu menggandeng perusahaan industri tenaga kerja global, Addecco Group dan Human Capital Leadership Institute.
Ketenagakerjaan dalam pertumbuhan ekonomi global memang erat kaitannya dengan sektor-sektor yang menuntut inovasi dan keterampilan tinggi. Ironisnya, sebagian besar kegagalan pertumbuhan tenaga kerja di bidang industri justru terjadi di Indonesia dan India. Hal tersebut akibat penurunan jumlah lowongan pekerjaan manufaktur.
Menurut Maeseneire, ketidaksesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan bakat dengan keterampilan yang tepat juga dapat memperkeruh lapangan kerja yang tersedia di sejumlah perusahaan dunia.
Di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, lebih dari 80 juta pekerjaan tidak terisi setiap tahunnya. Hal inin mengingat setiap negara memerlukan keterampilan kerja yang berbeda. Sementara di Asia, kebutuhan pekerja terampil masih melebihi jumlah karyawan berbakat. (Sis/Ndw)
"Kebutuhan pekerja terampil di Indonesia dapat meningkat dari 55 juta menjadi hingga 113 juta jiwa pada 2030," ungkap CEO Adecco Group Patrick De Maeseneire seperti dikutip dari laporan resmi bertajuk `The Global Talent Competitiveness Index 2013`, Rabu (26/11/2013).
Dalam melakukan penelitian bakat dan keterampilan kerja tersebut, INSEAD memang tidak sendiri. Sekolah bisnis yang tersebar di tiga benua itu menggandeng perusahaan industri tenaga kerja global, Addecco Group dan Human Capital Leadership Institute.
Ketenagakerjaan dalam pertumbuhan ekonomi global memang erat kaitannya dengan sektor-sektor yang menuntut inovasi dan keterampilan tinggi. Ironisnya, sebagian besar kegagalan pertumbuhan tenaga kerja di bidang industri justru terjadi di Indonesia dan India. Hal tersebut akibat penurunan jumlah lowongan pekerjaan manufaktur.
Menurut Maeseneire, ketidaksesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan bakat dengan keterampilan yang tepat juga dapat memperkeruh lapangan kerja yang tersedia di sejumlah perusahaan dunia.
Di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, lebih dari 80 juta pekerjaan tidak terisi setiap tahunnya. Hal inin mengingat setiap negara memerlukan keterampilan kerja yang berbeda. Sementara di Asia, kebutuhan pekerja terampil masih melebihi jumlah karyawan berbakat. (Sis/Ndw)