Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sudah menembus Rp 12 ribu membuat pengusaha lebih waspada melangkah dalam bisnisnya. Rupiah diprediksi akan terus terpuruk terkait rencana penarikan stimulus (tapering off) Bank Sentral AS.
Menurut Patrick S Walujo, Pendiri dan Direktur Northstar Equity Partners (Northstar), pengusaha yang mengandalkan kegiatan impor harus lebih efisien dalam mengelola bisnisnya ke depan.
"Harus lebih efisien, berhati-hati dan berpikir panjang karena kita sedang mengalami kesulitan begini (ekonomi). Tapi saya rasa pertumbuhan bisnis tahun depan masih akan bagus meski menghadapi tahun politik. Kalau situasi politik stabil, pasti tidak akan bermasalah tahun depan," ujar dia di Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Lebih jauh dia menilai, pelemahan nilai tukar rupiah memang sangat menguntungkan bagi eksportir yang selama ini meraup pendapatan dalam bentuk dolar AS. Sedangkan bagi importir, kondisi tersebut bak malapetaka.
"Untuk ke konsumen karena banyak impor barang pasti akan terjadi inflasi sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Namun dalam jangka panjang, ekspor kita akan lebih kompetitif dengan pelemahan rupiah serta impor menjadi mahal dan bisa ditekan," terang dia.
Patrick berharap, nilai tukar rupiah dapat kembali stabil di akhir tahun. Bahkan ke depannya melalui kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) bisa mendukung dunia usaha.
"Harapan pengusaha yang penting volatilitas rupiah stabil, tidak naik turun. Kalau keadaannya volatil tinggi malah akan menyusahkan kami untuk merencanakan bisnis," ujar dia. (Fik/Nur)
Menurut Patrick S Walujo, Pendiri dan Direktur Northstar Equity Partners (Northstar), pengusaha yang mengandalkan kegiatan impor harus lebih efisien dalam mengelola bisnisnya ke depan.
"Harus lebih efisien, berhati-hati dan berpikir panjang karena kita sedang mengalami kesulitan begini (ekonomi). Tapi saya rasa pertumbuhan bisnis tahun depan masih akan bagus meski menghadapi tahun politik. Kalau situasi politik stabil, pasti tidak akan bermasalah tahun depan," ujar dia di Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Lebih jauh dia menilai, pelemahan nilai tukar rupiah memang sangat menguntungkan bagi eksportir yang selama ini meraup pendapatan dalam bentuk dolar AS. Sedangkan bagi importir, kondisi tersebut bak malapetaka.
"Untuk ke konsumen karena banyak impor barang pasti akan terjadi inflasi sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Namun dalam jangka panjang, ekspor kita akan lebih kompetitif dengan pelemahan rupiah serta impor menjadi mahal dan bisa ditekan," terang dia.
Patrick berharap, nilai tukar rupiah dapat kembali stabil di akhir tahun. Bahkan ke depannya melalui kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) bisa mendukung dunia usaha.
"Harapan pengusaha yang penting volatilitas rupiah stabil, tidak naik turun. Kalau keadaannya volatil tinggi malah akan menyusahkan kami untuk merencanakan bisnis," ujar dia. (Fik/Nur)