Pemerintah memastikan hasil perhitungan pendanaan proyek pembangunan kilang minyak mentah tak bisa selesai di tahun depan mengingat proyek tersebut membutuhkan perencanaan matang.
"Tidak mungkin hasilnya di 2014, karena pembangunannya memakan waktu yang lama," ucapnya Menteri Keuangan Chatib Basri di kantornya, Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Dia melanjutkan, pembangunan kilang pengolahan minyak masih dalam tahap rencana karena pemerintah masih harus mencari skema yang tepat untuk membiayai proyek krusial penekan impor bahan bakar minyak (BBM) itu.
"Kalau kilang masih dalam tahap rencana, jadi masih harus dibicarakan termasuk skema pendanaannya," lanjut
Pemerintah sedang mendiskusikan masalah pendanaan kilang minyak melalui skema tepat dan menguntungkan, yakni bisa melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau investor.
"Skema masih dilihat apakan pakai APBN, atau mengundang investor. Kita lihat perhitungannya mana yang visible," terang dia.
Jika menggunakan skema pembiayaan investor, kata Chatib, pemerintah tentu harus menyiapkan insentif supaya penanam modal tertarik untuk mendanai pembangunan kilang minyak di Indonesia.
Sejauh ini hanya dua investor asing yang berniat membangun kilang minyak di Indonesia, antara lain Kuwait Ptroleum International Company dan Saudi Aramco Asia Company Limited. Keduanya tertarik menggarap proyek ini di Balongan, Jawa Barat dan Tuban, Jawa Timur.
"Apa yang mereka perlukan (investor)? Apa perlu diberikan insentif? Kalau insentif masuk akal bisa diberikan tidak? Nanti diitung-itung lagi dan pasti bisa dinegosiasikan antara pemerintah bersama swasta," ucap dia.
Sebelumnya Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengungkapkan pemerintah hingga kini belum menganggarkan dana pembangunan kilang pengolahan minyak mentah sebesar Rp 90 triliun.
"Rp 90 triliun itu banyak. Itu baru rencana saja dan di APBN 2013 juga belum ada," ungkap Askolani.
Askolani mengakui, pemerintah memang telah menyiapkan anggaran untuk studi kelayakan (feasibility study) pembangunan kilang minyak mentah. (Fik/Ndw)
"Tidak mungkin hasilnya di 2014, karena pembangunannya memakan waktu yang lama," ucapnya Menteri Keuangan Chatib Basri di kantornya, Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Dia melanjutkan, pembangunan kilang pengolahan minyak masih dalam tahap rencana karena pemerintah masih harus mencari skema yang tepat untuk membiayai proyek krusial penekan impor bahan bakar minyak (BBM) itu.
"Kalau kilang masih dalam tahap rencana, jadi masih harus dibicarakan termasuk skema pendanaannya," lanjut
Pemerintah sedang mendiskusikan masalah pendanaan kilang minyak melalui skema tepat dan menguntungkan, yakni bisa melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau investor.
"Skema masih dilihat apakan pakai APBN, atau mengundang investor. Kita lihat perhitungannya mana yang visible," terang dia.
Jika menggunakan skema pembiayaan investor, kata Chatib, pemerintah tentu harus menyiapkan insentif supaya penanam modal tertarik untuk mendanai pembangunan kilang minyak di Indonesia.
Sejauh ini hanya dua investor asing yang berniat membangun kilang minyak di Indonesia, antara lain Kuwait Ptroleum International Company dan Saudi Aramco Asia Company Limited. Keduanya tertarik menggarap proyek ini di Balongan, Jawa Barat dan Tuban, Jawa Timur.
"Apa yang mereka perlukan (investor)? Apa perlu diberikan insentif? Kalau insentif masuk akal bisa diberikan tidak? Nanti diitung-itung lagi dan pasti bisa dinegosiasikan antara pemerintah bersama swasta," ucap dia.
Sebelumnya Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengungkapkan pemerintah hingga kini belum menganggarkan dana pembangunan kilang pengolahan minyak mentah sebesar Rp 90 triliun.
"Rp 90 triliun itu banyak. Itu baru rencana saja dan di APBN 2013 juga belum ada," ungkap Askolani.
Askolani mengakui, pemerintah memang telah menyiapkan anggaran untuk studi kelayakan (feasibility study) pembangunan kilang minyak mentah. (Fik/Ndw)