Mandatori penggunaan biodiesel pada campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar hingga 10% akan mampu menghemat devisa hampir sekitar US$ 3,9 miliar atau setara Rp 46 triliun (kurs: Rp 11.965 per dolar AS) pada 2014. Penghematan itu dicapai dari pemakaian campuran biodiesel ke solar sebanyak 4,99 juta kiloliter (kl).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, jumlah ini sangat signifikan untuk mengurangi impor BBM bersubsidi dan mempersempit defisit neraca perdagangan.
Sementara pada tahun ini, Hatta mengungkapkan penggunaan unsur nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) yang dikelola PT Pertamina (Persero) ditargetkan sebesar 379.613 kl atau mampu menghemat devisa US$ 298 juta untuk solar bersubsidi hingga akhir 2013.
"Sedangkan untuk non subsidi, targetnya bisa menghemat sebesar US$ 158 juta, setara dengan 201 ribu kl biodiesel. Dan realisasi sampai Oktober ada penghematan devisa senilai lebih dari US$ 200 juta," terang dia usai Rakor Stabilisasi Paska Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi di Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Saat ini, menurut Hatta, pemakaian biodiesel pada solar di transportasi PSO mendekati angka 10% dan non PSO baru 3%. Sedangkan untuk industri, pencampuran biodiesel sebesar 5%, pembangkit listrik 7,5%.
Di tahun depan, lanjutnya, pemerintah menargetkan peningkatan pada porsi penggunaan biodiesel secara merata pada semua sektor. Contohnya, PLN akan mencapai menyedot penggunaan biodiesel lebih dari 10%, industri 10%, PSO maupun non subsidi juga 10% serta pembangkit listrik yang diharapkan meningkat 10%-20%.
"Dengan asumsi tersebut dan tidak terjadinya gejolak pada harga solar, maka volume impor yang bisa diganti biodiesel mencapai 3,34 juta kl untuk non subsidi atau setara menghemat devisa US$ 2,6 miliar dan PSO sebesar 1,65 juta kl atau US$ 1,298 miliar," sambungnya.
Dengan begitu, Hatta menghitung, penghematan devisa dari total pemakaian biodiesel hampir mendekati US$ 4 miliar atau sekitar US$ 3,9 miliar pada 2014. Oleh sebab itu, pemerintah akan memperhatikan ketersediaan pasokan biodiesel supaya dapat merealisasikan patokan tersebut.
"Jika target itu bisa dicapai, maka neraca perdagangan akan mengalami penurunan signifikan, bahkan surplus. Hal ini dapat menjadi berita baik bagi kita," pungkas dia. (Fik/Ndw)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, jumlah ini sangat signifikan untuk mengurangi impor BBM bersubsidi dan mempersempit defisit neraca perdagangan.
Sementara pada tahun ini, Hatta mengungkapkan penggunaan unsur nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) yang dikelola PT Pertamina (Persero) ditargetkan sebesar 379.613 kl atau mampu menghemat devisa US$ 298 juta untuk solar bersubsidi hingga akhir 2013.
"Sedangkan untuk non subsidi, targetnya bisa menghemat sebesar US$ 158 juta, setara dengan 201 ribu kl biodiesel. Dan realisasi sampai Oktober ada penghematan devisa senilai lebih dari US$ 200 juta," terang dia usai Rakor Stabilisasi Paska Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi di Jakarta, Jumat (29/11/2013).
Saat ini, menurut Hatta, pemakaian biodiesel pada solar di transportasi PSO mendekati angka 10% dan non PSO baru 3%. Sedangkan untuk industri, pencampuran biodiesel sebesar 5%, pembangkit listrik 7,5%.
Di tahun depan, lanjutnya, pemerintah menargetkan peningkatan pada porsi penggunaan biodiesel secara merata pada semua sektor. Contohnya, PLN akan mencapai menyedot penggunaan biodiesel lebih dari 10%, industri 10%, PSO maupun non subsidi juga 10% serta pembangkit listrik yang diharapkan meningkat 10%-20%.
"Dengan asumsi tersebut dan tidak terjadinya gejolak pada harga solar, maka volume impor yang bisa diganti biodiesel mencapai 3,34 juta kl untuk non subsidi atau setara menghemat devisa US$ 2,6 miliar dan PSO sebesar 1,65 juta kl atau US$ 1,298 miliar," sambungnya.
Dengan begitu, Hatta menghitung, penghematan devisa dari total pemakaian biodiesel hampir mendekati US$ 4 miliar atau sekitar US$ 3,9 miliar pada 2014. Oleh sebab itu, pemerintah akan memperhatikan ketersediaan pasokan biodiesel supaya dapat merealisasikan patokan tersebut.
"Jika target itu bisa dicapai, maka neraca perdagangan akan mengalami penurunan signifikan, bahkan surplus. Hal ini dapat menjadi berita baik bagi kita," pungkas dia. (Fik/Ndw)