Sukses

Indonesia Sudah Tak Seksi Lagi?

Indonesia yang pernah menjadi pilihan investasi pemodal harus rela diambil posisinya oleh India. Apa penyebabnya?

Klaim Indonesia sebagai negara seksi yang menarik perhatian pemodal mulai di pertanyakan. Seiring bertambahnya waktu dan perubahan kondisi perekonomian global, investor dilaporkan sudah mulai kurang betah menanamkan modalnya di Tanah Air dan memilih keluar dari Indonesia.

Dalam kuirung waktu lima tahun terakhir, Indonesia memang telah menjadi negara tujuan investasi paling menarik bagi para investor asing. Triliunan rupiah masuk ke Indonesia dan menjadikannya sebagau kekuatan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.

"Dulu negara kita berbondong-bindong dana masuk ke kita. Kenapa? karena dulu saat krisis global 2008-2009 kita masih mampu tumbuh diatas 4%, itu yang menarik investor asing ke kita," ungkap anggota Forum Ekonom Indonesia, Destri Damayanti di Jakarta, Senin (2/12/2013).

Kondisi bertolak belakang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Para investor asing yang sebelumnya betah tinggal di Indonesia itu, kini mayoritas sudah mulai hengkang. India yang juga negara berkembang dan sebelumnya dipandang investor kurang menarik, kini justru menjadi lirikan pemodal.

India yang memiliki defisit neraca transaksi berjalan (current account) sejak tahun 2000 menjadi salah satu alasan investor untuk lebih memilih Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Di sisi lain, Indonesia justru tengah mengalami surplus pembayaran.

Tak hanya itu, nilai tukar rupee India juga belakangan tertekan dengan penurunan kurang lebih 20%-an. "Tapi apa yang sekarang terjadi di India, orang melihat lebih aman di India, lebih bagus dibanding kita," ujar Destri.

Beralihnya perhatian investor pada India dipicu perasaan aman pemodal karena melihat neraca transaksi pembayaran yang surplus. Kondisi ini bisa terjadi karena India mampu memanfaatkan pelemahan nilai tukar mata uangnya dengan meningkatkan ekspor sebanyak-banyaknya.

"Jadi di India sekarang yang ekspor membaik, cepatt, sementara ekspor kita masih berat sekali," jelasnya.

Satu hal yang dia sarankan kepada pemerintahj yaitu untuk lebih memanfaatkan Crude Palm Oil (CPO) yang menjadi basis komoditi bagi Indonesia.

"Sebenarnya sangat diuntungkan CPO, karena CPO permintaan global masih cukup bagus karena sekarang banyak negara pengguna CPO yang mereka menerapakan strategi biodisel juga, contohlah Filipin, Malaysia, Thailand. Ini salah satu industri yang kedepan akan potensi," kata Destri.

Dengan meningkatkan ekspor CPO dan pemanfaatan di dalam negeri untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) hal ini dinilainya akan menjadi salah satu strategi paling efektif bagi Indonesia untuk kembali mencatatkan neraca transaksi berjalan yang secara konsisten akan surplus sehingga kembali menarik bagi para investor asing.(Yas/Shd)
Video Terkini