Sukses

Dampak Kenaikan BBM Mereda, Ini Target Inflasi Versi KEN

Laju inflasi diperkirakan lebih rendah pada 2014 seiring dampak kenaikan harga bahan bakar minyak mereda.

Laju inflasi diperkirakan di level 4,75%-5,29% hingga akhir tahun 2014. Angka inflasi itu lebih rendah dari target inflasi 2013 di bawah 9%. Hal itu karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah mereda.

"Laju inflasi pada tahun 2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan perolehan tahun 2013. Hal ini disebabkan karena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akan hilang dari angka inflasi tahunan setelah satu tahun dari waktu harga BBM itu dinaikkan," ujar Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN),  Chairul Tanjung ketika ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (3/12/2013).

Chairul menjelaskan, pemerintah telah menaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013, sehingga inflasi tahunan naik tajam hingga Juli 2013 menjadi 8,61%. Artinya,  Juli 2014 inflasi tahunan akan mengalami penurunan yang signifikan.

KEN memperkirakan  Juli 2014, inflasi tahunan akan berada di bawah 5%, dari sekitar 7% diJuni 2014. Angka inflasi ini akan bertahan pada level yang relatif rendah pada bulan-bulan berikutnya.

Angka inflasi akan relatif rendah, jika pemerintah tidak lagi-lagi menaikan harga BBM bersubsidi di tahun 2014, mengingat tahun 2014 merupakan tahun pemilihan umum (pemilu).

Selain itu, upaya-upaya pemerintah untuk mengendalikan harga di tahun 2014 tampaknya akan memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2013.

Isu impor daging sapi, kedelai mauun holtikultura diperkirakan sudah dapat ditangani lebih baik, sehingga tekanan dari kenaikan harga pangan diperkirakan akan cenderung lebih terkendali di tahun 2014.

Lanjut Chairul, tekanan terhadap pemerintah untuk menaikan harga BBM bersubsidi cenderung kecil, karena harga minyak dunia diperkirakan akan stabil di tahun 2014.

US Energy Information Administration (EIA) memperkirakan harga minyak akan cenderung turun di tahun 2014. Harga minyak West Texas Intermediate diperkirakan akan turun menjadi US$ 94 per barel di akhir tahun 2014.

"Dengan melihat angka itu, bahwa angka ini berada di bawah asumsi harga minyak dalam APBN 2014, ada peluang cukup besar bahwa pemerintah tidak harus merevisi APBN 2014 karena subsidi BBM yang melonjak. Jadi, ruang untuk menjaga harga BBM pada level saat ini terbuka cukup lebar," jelas Chairul.

Chairul menambahkan, dengan melihat semua proses dan rencana yang akan terjadi di tahun 2014, maka laju inflasi hingga akhir tahun akan lebih rendah, jika dibandingkan laju inflasi hingga akhir tahun ini. (Dis/Ahm)