Bank Indonesa (BI) diprediksi bakal mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5% hingga akhir tahun 2014. Pengamat Ekonomi Aviliani menilai langkah itu diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan menekan defisit transaksi berjalan.
"BI Rate 7,5% bukanlah level yang membahayakan perekonomian kita, dalam pengertian ekonomi tidak akan jatuh ke masa resesi dengan bunga pada tingkat tersebut," ujar Pengamat Ekonomi Aviliani ketika ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Namun, Aviliani berpendapat masalah defisit transaksi berjalan tidak mungkin selesai dalam waktu singkat. Dengan ekonomi Indoinesia yang terus tumbuh dianggap masih menarik oleh investor asing. Ketika investor asing melakukan investasi di dalam negeri, mereka akan mengimpor barang modal dan bahan baku untuk memulai aktiviyas produksinya.
"Dengan kata lain, impor kita akan tetap kuat dan neraca perdagangan kita akan terus tertekan. Defisit transaksi berjalan berpeluang untuk terus terjadi, selama ekonomi kita masih ekspansi dengan baik dan selama investor masih tertarik untuk menanamkan modalnya di negara kita," kata Aviliani.
Seperti diketahui, BI telah menaikkan BI Rate sebesar 175 basis poin menjadi 7,5%. Selain itu, bank sentral juga mengeluarkan bauran kebijakan, diantaranya pengetatan KPR inden, loan to value (LTV), loan to deposit ratio (LDR) dan sebagainya. (Dis/Ndw)
"BI Rate 7,5% bukanlah level yang membahayakan perekonomian kita, dalam pengertian ekonomi tidak akan jatuh ke masa resesi dengan bunga pada tingkat tersebut," ujar Pengamat Ekonomi Aviliani ketika ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Namun, Aviliani berpendapat masalah defisit transaksi berjalan tidak mungkin selesai dalam waktu singkat. Dengan ekonomi Indoinesia yang terus tumbuh dianggap masih menarik oleh investor asing. Ketika investor asing melakukan investasi di dalam negeri, mereka akan mengimpor barang modal dan bahan baku untuk memulai aktiviyas produksinya.
"Dengan kata lain, impor kita akan tetap kuat dan neraca perdagangan kita akan terus tertekan. Defisit transaksi berjalan berpeluang untuk terus terjadi, selama ekonomi kita masih ekspansi dengan baik dan selama investor masih tertarik untuk menanamkan modalnya di negara kita," kata Aviliani.
Seperti diketahui, BI telah menaikkan BI Rate sebesar 175 basis poin menjadi 7,5%. Selain itu, bank sentral juga mengeluarkan bauran kebijakan, diantaranya pengetatan KPR inden, loan to value (LTV), loan to deposit ratio (LDR) dan sebagainya. (Dis/Ndw)