Rupiah diperkirakan terus mengalami pelemahan hingga pertengahan tahun 2014 mendatang. Hal ini dipengaruhi penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden pada tahun depan.
Ekonom Senior Standard Chartered, Fauzi Ichsan mengatakan, rupiah akan terus mengalami pelemahan ke arah Rp 12.500 pada semester pertama. Namun akan segera membaik usai Pemilu.
"Semester pertama rupiah akan melemah ke arah Rp 12.500 karena tekanan dari tapering quantitative easing, kemudian akan ada pemilu juga. Di semester kedua setelah pemilu, baru rupiah menguat ke Rp 11.400 pada triwulan akhir. Ini artinya suku bunga akan terus naik," ujarnya di Hotel Intercontinental, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2013).
Menurut Fauzi, perbaikan neraca perdagangan serta memperbaiki posisi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga akhir tahun ini hanya akan tergantung pada kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dengan kebijakan kontraksi fiskal dan pengetatan moneter.
"Pada masa Suharto, kontraksi fiskal bisa dilakukan dengan membatalkan proyek-proyek besar dan menaikan harga BBM, tetapi sekarang hal itu tidak bisa karena mau pemilu, sehingga sekarang diserahkan ke BI," lanjutnya.
Selain itu, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan mencapai 5,8% karena dibantu oleh stimulus oleh pemilu. Namun tingkat inflasi akan menurun karena kemungkinan pemerintah tidak akan menaikan harga BBM. Defisit neraca berjalan juga diperkirakan mengalami menurunan dari US$ 3,2 miliar dolar menjadi US$ 2,8 miliar.
Fauzi juga menilai pertumbuhan ekonomi pada tiga tahun ke depan tidak akan setinggi tiga tahun terakhir.
"Jadi siapapun yang akan menjadi Presiden pada tahun depan, dia harus mengeluarkan kebijakan pro investor karena kita tidak punya pilihan lain kecuali Indonesia surplus pada neraca berjalan," jelasnya.
Sementara itu, dia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan naik dari 2,6% menjadi 3,3%-3,4% pada tahun depan. Perekonomian di Eropa juga akan keluar dari masa reses dan akan tumbuh sebesar 1,3%.
"Namun perbaikan ekonomi global ini tidak serta merta akan berefek pada Indonesia," tandasnya. (Dny/Ahm)
Ekonom Senior Standard Chartered, Fauzi Ichsan mengatakan, rupiah akan terus mengalami pelemahan ke arah Rp 12.500 pada semester pertama. Namun akan segera membaik usai Pemilu.
"Semester pertama rupiah akan melemah ke arah Rp 12.500 karena tekanan dari tapering quantitative easing, kemudian akan ada pemilu juga. Di semester kedua setelah pemilu, baru rupiah menguat ke Rp 11.400 pada triwulan akhir. Ini artinya suku bunga akan terus naik," ujarnya di Hotel Intercontinental, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2013).
Menurut Fauzi, perbaikan neraca perdagangan serta memperbaiki posisi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga akhir tahun ini hanya akan tergantung pada kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dengan kebijakan kontraksi fiskal dan pengetatan moneter.
"Pada masa Suharto, kontraksi fiskal bisa dilakukan dengan membatalkan proyek-proyek besar dan menaikan harga BBM, tetapi sekarang hal itu tidak bisa karena mau pemilu, sehingga sekarang diserahkan ke BI," lanjutnya.
Selain itu, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan mencapai 5,8% karena dibantu oleh stimulus oleh pemilu. Namun tingkat inflasi akan menurun karena kemungkinan pemerintah tidak akan menaikan harga BBM. Defisit neraca berjalan juga diperkirakan mengalami menurunan dari US$ 3,2 miliar dolar menjadi US$ 2,8 miliar.
Fauzi juga menilai pertumbuhan ekonomi pada tiga tahun ke depan tidak akan setinggi tiga tahun terakhir.
"Jadi siapapun yang akan menjadi Presiden pada tahun depan, dia harus mengeluarkan kebijakan pro investor karena kita tidak punya pilihan lain kecuali Indonesia surplus pada neraca berjalan," jelasnya.
Sementara itu, dia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan naik dari 2,6% menjadi 3,3%-3,4% pada tahun depan. Perekonomian di Eropa juga akan keluar dari masa reses dan akan tumbuh sebesar 1,3%.
"Namun perbaikan ekonomi global ini tidak serta merta akan berefek pada Indonesia," tandasnya. (Dny/Ahm)