Kehadiran Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone/FTZ) telah banyak merubah 'wajah' dan kondisi pulau Batam secara keseluruhan. Di mana aktivitas ekspor impor meningkat dan akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
FTZ merupakan kawasan bebas yang diberikan segala fasilitas kemudahan fiskal mulai dari pengenaan bea masuk, PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan cukai. Kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas ini terdapat di Batam, Bintan dan Karimun.
Chairman Batam Indonesia Free Zone Area, Mustofa Widjaja mengatakan, hingga saat ini hampir ribuan perusahaan dari segala sektor menyesaki kawasan industri tersebut.
"Dampak positifnya sudah hampir 1.000 perusahaan, misalnya saja perusahaan di bidang elektronik, galangan kapal, bidang penunjang perminyakan dan sebagainya," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (4/12/2013). Â
Dia mengungkapkan, menjamurnya perusahaan di kawasan FTZ memberikan keuntungan bagi pemerintah karena mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
"Jumlah penduduk di kawasan itu ada sekitar 6.000 orang, tapi pekerja formal sudah mencapai kurang lebih 400 ribu orang. Artinya pekerjaan tidak hanya terbuka untuk penduduk sekitar tapi juga pendatang," paparnya.
Diakui Mustofa, para pekerja wanita mayoritas mencari nafkah di perusahaan elektronik. Sedangkan pekerja laki-laki lebih kepada industri berat, seperti perusahaan anjungan penunjang perminyakan dan galangan kapal.
"Pekerja ini banyak melakukan aktivitas pengiriman uang ke daerah-daerah yang nota bene-nya adalah kampung halaman mereka. Jadi ada transaksi remitansi sama seperti tenaga kerja Indonesia di luar negeri," sambung dia.
Hal-hal tersebut, menurut dia, ikut mendorong peningkatan aktivitas ekspor maupun impor di kawasan perdagangan bebas di Batam. Mustofa mencatat, pertumbuhan ekonomi Batam mencapai level 7% atau melampaui rata-rata nasional yang sekitar 6%.
"Transaksi ekspor di kawasan bebas mencapai US$ 10 miliar, sedangkan impor di bawah angka itu pada tahun lalu. Transaksi ekspor diharapkan tumbuh 5%-10% di tahun ini karena perusahaan biasanya punya pasar tujuan ekspor baru akibat ketidakpastian kondisi ekonomi, selain melalui upaya penciptaan lapangan kerja," terangnya. Â
Dia menilai, target tersebut dapat terealisasi apabila pemerintah dan masyarakat bahu membahu memberantas berbagai praktik penyelundupan di kawasan ini. "Mudah-mudahan tidak ada lagi(penyelundupan)," ucapnya tanpa bersedia menyebut secara jelas terkait kasus penyelundupan di area perdagangan bebas. (Fik/Ndw)
FTZ merupakan kawasan bebas yang diberikan segala fasilitas kemudahan fiskal mulai dari pengenaan bea masuk, PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan cukai. Kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas ini terdapat di Batam, Bintan dan Karimun.
Chairman Batam Indonesia Free Zone Area, Mustofa Widjaja mengatakan, hingga saat ini hampir ribuan perusahaan dari segala sektor menyesaki kawasan industri tersebut.
"Dampak positifnya sudah hampir 1.000 perusahaan, misalnya saja perusahaan di bidang elektronik, galangan kapal, bidang penunjang perminyakan dan sebagainya," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (4/12/2013). Â
Dia mengungkapkan, menjamurnya perusahaan di kawasan FTZ memberikan keuntungan bagi pemerintah karena mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
"Jumlah penduduk di kawasan itu ada sekitar 6.000 orang, tapi pekerja formal sudah mencapai kurang lebih 400 ribu orang. Artinya pekerjaan tidak hanya terbuka untuk penduduk sekitar tapi juga pendatang," paparnya.
Diakui Mustofa, para pekerja wanita mayoritas mencari nafkah di perusahaan elektronik. Sedangkan pekerja laki-laki lebih kepada industri berat, seperti perusahaan anjungan penunjang perminyakan dan galangan kapal.
"Pekerja ini banyak melakukan aktivitas pengiriman uang ke daerah-daerah yang nota bene-nya adalah kampung halaman mereka. Jadi ada transaksi remitansi sama seperti tenaga kerja Indonesia di luar negeri," sambung dia.
Hal-hal tersebut, menurut dia, ikut mendorong peningkatan aktivitas ekspor maupun impor di kawasan perdagangan bebas di Batam. Mustofa mencatat, pertumbuhan ekonomi Batam mencapai level 7% atau melampaui rata-rata nasional yang sekitar 6%.
"Transaksi ekspor di kawasan bebas mencapai US$ 10 miliar, sedangkan impor di bawah angka itu pada tahun lalu. Transaksi ekspor diharapkan tumbuh 5%-10% di tahun ini karena perusahaan biasanya punya pasar tujuan ekspor baru akibat ketidakpastian kondisi ekonomi, selain melalui upaya penciptaan lapangan kerja," terangnya. Â
Dia menilai, target tersebut dapat terealisasi apabila pemerintah dan masyarakat bahu membahu memberantas berbagai praktik penyelundupan di kawasan ini. "Mudah-mudahan tidak ada lagi(penyelundupan)," ucapnya tanpa bersedia menyebut secara jelas terkait kasus penyelundupan di area perdagangan bebas. (Fik/Ndw)