Pelamahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terus menjadi perhatian publik paling tidak sampai akhir 2013. Bahkan, kurs rupiah diyakini takkan lagi kembali di bawah level 10.000 per dolar AS.
Chief Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan memprediksi posisi rupiah pada akhir 2014 akan berada sedikit di bawah level 11.000. Prediksi tersebut muncul karena rupiah bakal memiliki titik stabilitas baru pada tahun depan yaitu di di atas 10.000.
"Tahun depan hingga akhir tahun ya, rupiah di level 10.000-10.500, kami harapkan tidak sampai tembus 12.000, makanya tergantung sentimennya," ungkapnya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Anton menilai, kebijakan moneter yang dilakukan para pemangku kepentingan di Indonesia sebenarnya sudah tepat. Sayangnya, pergerakan rupiah saat ini justru lebih cenderung dipengaruhi sentimen dari luar negeri khususnya isu pengurangan dana stimulus (tapering off) The Federal Reserves.
Sementara dari dalam negeri, sentimen yang banyak mempengaruhi kurs rupiah berasal dari defis tneraca transaksi (Current Account).
Menurut Anton, gerak rupiah tahun depan kemungkinan bakal banyak dipengaruhi oleh aktivitas Pemilihan Umum (Pemilu). Meski secara historikal selalu menyumbang pertumbuhan ekonomi 0,2%, namun fokus perhatian yang harus dicermati berbagai kalangan adalah pasca Pemilu.
"Kalau muncul gejolak-gejolak karena tidak puas siapa pemimpinnya, itu sentimen yang harus diperhatikan," terangnya.
Seperti diketahui data Valuta Asing (Valas) Bloomberg kembali mencatat ambruknya rupiah ke level 12.005 per dolar AS.
Tanda-tanda pelemahan rupiah hari ini sudah terlihat sejak pembukaan perdagangan. Rupiah dibuka melemah ke level 11.948 dari penutupan sehari sebelumnya di posisi 11.888 per dolar AS. Pelemahan rupiah juga tercatat di dalam data RTI. Hingga pukul 11.30 WIB, rupiah terpangkas 130 poin ke level 11.879 per dolar AS. (Yas/Shd)
Chief Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan memprediksi posisi rupiah pada akhir 2014 akan berada sedikit di bawah level 11.000. Prediksi tersebut muncul karena rupiah bakal memiliki titik stabilitas baru pada tahun depan yaitu di di atas 10.000.
"Tahun depan hingga akhir tahun ya, rupiah di level 10.000-10.500, kami harapkan tidak sampai tembus 12.000, makanya tergantung sentimennya," ungkapnya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Anton menilai, kebijakan moneter yang dilakukan para pemangku kepentingan di Indonesia sebenarnya sudah tepat. Sayangnya, pergerakan rupiah saat ini justru lebih cenderung dipengaruhi sentimen dari luar negeri khususnya isu pengurangan dana stimulus (tapering off) The Federal Reserves.
Sementara dari dalam negeri, sentimen yang banyak mempengaruhi kurs rupiah berasal dari defis tneraca transaksi (Current Account).
Menurut Anton, gerak rupiah tahun depan kemungkinan bakal banyak dipengaruhi oleh aktivitas Pemilihan Umum (Pemilu). Meski secara historikal selalu menyumbang pertumbuhan ekonomi 0,2%, namun fokus perhatian yang harus dicermati berbagai kalangan adalah pasca Pemilu.
"Kalau muncul gejolak-gejolak karena tidak puas siapa pemimpinnya, itu sentimen yang harus diperhatikan," terangnya.
Seperti diketahui data Valuta Asing (Valas) Bloomberg kembali mencatat ambruknya rupiah ke level 12.005 per dolar AS.
Tanda-tanda pelemahan rupiah hari ini sudah terlihat sejak pembukaan perdagangan. Rupiah dibuka melemah ke level 11.948 dari penutupan sehari sebelumnya di posisi 11.888 per dolar AS. Pelemahan rupiah juga tercatat di dalam data RTI. Hingga pukul 11.30 WIB, rupiah terpangkas 130 poin ke level 11.879 per dolar AS. (Yas/Shd)