Meski penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) kian dekat, namun pemerintah optimistis tetap menjadi negara favorit tujuan investasi dari berbagai perusahaan asing. Pasalnya negara ini mempunyai stabilitas politik yang cukup teruji sehingga pemilu diyakini tak akan mempengaruhi jejalan investasi yang masuk ke Indonesia pada 2014.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Mahendra Siregar mengatakan pesta demokrasi lima tahunan itu bakal mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Pemilu kemungkinan diikuti 40 ribu kandidat, di mana seluruhnya pasti melakukan kegiatan kampanye seperti pemasangan billboard, sehingga menimbulkan dorongan kegiatan ekonomi," terang dia di Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Mahendra menilai bahwa panasnya pemilu tahun depan tak akan mengganggu kegiatan penanaman modal baik dari investor dalam maupun luar negeri. "(Pemilu) bukan masalah besar karena setiap hari Indonesia selalu pemilu. Terbukti dengan kegiatan pemilihan kepala daerah (pilkada) dari 580 kabupaten di seluruh Indonesia," ujarnya.
Negara ini, kata Mahendra, sangat beruntung karena memiliki basis pasar dan konsumsi domestik yang sangat kuat mengingat tidak banyak negara yang berada pada posisi Indonesia seperti saat ini.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director Head of Global Markets HSBC Ali Setiawan mengaku, investor luar negeri sangat menggebu-gebu ingin menanamkan modal di Indonesia meskipun gerbang pemilu telah terbuka di depan mata. Misalnya saja penanam modal dari Jepang, Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Saat saya bertandang ke Jepang bersama perwakilan dari negara Malaysia, dan lainnya, paling laku adalah pertanyaan ke saya karena mereka ingin tahu lebih banyak tentang potensi dan peluang investasi di Indonesia, bukan pemilu karena mereka tak meragukan lagi stabilitas politik negeri kita," ucap dia.
Tak heran bila peringkat Indonesia menanjak dari peringkat 10 menjadi ranking 1 sebagai negara paling ramah investasi di mata internasional, terutama investor Jepang.
"Walaupun realisasi investasi kemungkinan tidak dilakukan tahun depan, tapi Indonesia menjadi prioritas investasi mereka. Paling penting jangan ada kebijakan pemerintah yang berubah secara drastis karena hanya akan menbingungkan investor," paparnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Mahendra Siregar mengatakan pesta demokrasi lima tahunan itu bakal mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Pemilu kemungkinan diikuti 40 ribu kandidat, di mana seluruhnya pasti melakukan kegiatan kampanye seperti pemasangan billboard, sehingga menimbulkan dorongan kegiatan ekonomi," terang dia di Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Mahendra menilai bahwa panasnya pemilu tahun depan tak akan mengganggu kegiatan penanaman modal baik dari investor dalam maupun luar negeri. "(Pemilu) bukan masalah besar karena setiap hari Indonesia selalu pemilu. Terbukti dengan kegiatan pemilihan kepala daerah (pilkada) dari 580 kabupaten di seluruh Indonesia," ujarnya.
Negara ini, kata Mahendra, sangat beruntung karena memiliki basis pasar dan konsumsi domestik yang sangat kuat mengingat tidak banyak negara yang berada pada posisi Indonesia seperti saat ini.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director Head of Global Markets HSBC Ali Setiawan mengaku, investor luar negeri sangat menggebu-gebu ingin menanamkan modal di Indonesia meskipun gerbang pemilu telah terbuka di depan mata. Misalnya saja penanam modal dari Jepang, Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Saat saya bertandang ke Jepang bersama perwakilan dari negara Malaysia, dan lainnya, paling laku adalah pertanyaan ke saya karena mereka ingin tahu lebih banyak tentang potensi dan peluang investasi di Indonesia, bukan pemilu karena mereka tak meragukan lagi stabilitas politik negeri kita," ucap dia.
Tak heran bila peringkat Indonesia menanjak dari peringkat 10 menjadi ranking 1 sebagai negara paling ramah investasi di mata internasional, terutama investor Jepang.
"Walaupun realisasi investasi kemungkinan tidak dilakukan tahun depan, tapi Indonesia menjadi prioritas investasi mereka. Paling penting jangan ada kebijakan pemerintah yang berubah secara drastis karena hanya akan menbingungkan investor," paparnya.