Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan bahkan telah menembus level psikologis 12.000 per dolar Amerika Serikat dinilai kalangan perbankan tidak menjadi masalah. Hal itu mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Ketua Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas), Sigit Pramono menjelaskan, pelemahan tidak akan menjadi masalah asalkan kondisi rupiah stabil.
"Memang kalau sekarang di atas 10.000 ya tidak menjadi persoalan, sepanjang itu tidak naik turun dan relatif terkendali, itu yang penting, baik itu bank maupun usaha-usaha lain yang menjadi nasabah bank," ungkapnya saat ditemui di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Menurut Sigit, kondisi rupiah yang terjadi saat ini memang sudah sewajarnya mengingat hal tersebut sesuai dengan kondisi fundamental Indonesia.
Tidak hanya itu, dia menegaskan sebenarnya pergerakan rupiah itu tidak bisa ditentukan oleh siapapun termasuk Bank Indonesia dan juga pemerintah.
"Kita tidak bisa memperkirakan rupiah yang ideal. Rupiah itu terbentuk nilainya karena permintaan dan penawaran, jadi itu pasar yang membentuk, jadi bukan maunya kita," tutur Sigit.
Seperti diketahui, dari data Valuta Asing (Valas) Bloomberg kembali mencatat ambruknya rupiah ke level 12.005 per dolar AS.
Dikutip dari data Valas Bloomberg, hari ini tanda-tanda pelemahan rupiah sudah terlihat sejak pembukaan perdagangan. Rupiah dibuka melemah ke level 11.948 dari penutupan sehari sebelumnya di posisi 11.888 per dolar AS.
Pelemahan rupiah juga tercatat di dalam data RTI. Hingga pukul 11.30 WIB, rupiah terpangkas 130 poin ke level 11.879 per dolar AS. (Yas/Ahm)