OECD Developmet Centre memperkirakan Indonesia bakal menjadi negara dengan pertumbuhan paling cepat di antara ekonomi ASEAN 6, dengan tingkat rata-rata pertumbuhan sebesar 6% setiap tahun dalam rentang waktu 2014-2018.
Deputy Secretary-General OECD, William Danvers mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun ke depan akan mencapai level 6% atau lebih tinggi dibanding rentang waktu 2000-2007 yang sebesar 5,1%. Namun angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi di 2012 dan proyeksi 2018 masing-masing 6,2% dan 6,1%.
"Indonesia diproyeksikan akan jadi negara pertumbuhan paling cepat di antara ekonomi ASEAN 6 dengan rata-rata pertumbuhan 6% di 2014-2018. Lebih tinggi dibanding Filipina yang diperkirakan 5,8%," ungkap dia saat acara International Seminar on Structural Policy Challenges in Indonesia : Medium-Term Challenges and Responses di Jakarta, Kamis (5/12/2013).
OECD, lanjutnya, memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil Malaysia dan Thailand akan meningkat masing-masing sebesar 5,1% dan 4,9% per tahun. Dan pertumbuhan ekonomi Brunei Darussalam pada 2014-2018 berada dalam perkiraan 2,3%.
"Kondisi ini dipengaruhi oleh permintaan domestik terutama dalam investasi infrastruktur dan konsumsi," jelas dia.
Sedangkan ekonomi Singapura, kata Danvers diperkirakan tumbuh sebesar 3,3%, sementara Kamboja, Laos, Myanmar serta Vietnam diramalkan tumbuh cepat dalam jangka menengah.
Secara keseluruhan, dia menerangkan, prospek ekonomi negara berkembang di wilayah Asia (Asia Tenggara, China, dan India) tetap kuat dalam jangka menengah. Penopangnya dorongan permintaan domestik.
OECD memandang, China dan India sebagai dua negara dengan perekonomian terbesar di antara negara-negara berkembang di Asia diproyeksikan tumbuh masing-masing 7,7% dan 5,9% pada 2014-2018.
"Pertumbuhan PDB di negara Asia diperkirakan akan melambat secara gradual, namun tetap kuat dengan pertumbuhan rata-rata 6,9% per tahun selama periode 2014-2018. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan di periode sebelum krisis keuangan global (2000-2007). China dan India akan terus memainkan peran penting dalam pertumbuhan global," pungkas Danvers. (Fik/Ndw)
Deputy Secretary-General OECD, William Danvers mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun ke depan akan mencapai level 6% atau lebih tinggi dibanding rentang waktu 2000-2007 yang sebesar 5,1%. Namun angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi di 2012 dan proyeksi 2018 masing-masing 6,2% dan 6,1%.
"Indonesia diproyeksikan akan jadi negara pertumbuhan paling cepat di antara ekonomi ASEAN 6 dengan rata-rata pertumbuhan 6% di 2014-2018. Lebih tinggi dibanding Filipina yang diperkirakan 5,8%," ungkap dia saat acara International Seminar on Structural Policy Challenges in Indonesia : Medium-Term Challenges and Responses di Jakarta, Kamis (5/12/2013).
OECD, lanjutnya, memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil Malaysia dan Thailand akan meningkat masing-masing sebesar 5,1% dan 4,9% per tahun. Dan pertumbuhan ekonomi Brunei Darussalam pada 2014-2018 berada dalam perkiraan 2,3%.
"Kondisi ini dipengaruhi oleh permintaan domestik terutama dalam investasi infrastruktur dan konsumsi," jelas dia.
Sedangkan ekonomi Singapura, kata Danvers diperkirakan tumbuh sebesar 3,3%, sementara Kamboja, Laos, Myanmar serta Vietnam diramalkan tumbuh cepat dalam jangka menengah.
Secara keseluruhan, dia menerangkan, prospek ekonomi negara berkembang di wilayah Asia (Asia Tenggara, China, dan India) tetap kuat dalam jangka menengah. Penopangnya dorongan permintaan domestik.
OECD memandang, China dan India sebagai dua negara dengan perekonomian terbesar di antara negara-negara berkembang di Asia diproyeksikan tumbuh masing-masing 7,7% dan 5,9% pada 2014-2018.
"Pertumbuhan PDB di negara Asia diperkirakan akan melambat secara gradual, namun tetap kuat dengan pertumbuhan rata-rata 6,9% per tahun selama periode 2014-2018. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan di periode sebelum krisis keuangan global (2000-2007). China dan India akan terus memainkan peran penting dalam pertumbuhan global," pungkas Danvers. (Fik/Ndw)