Mendengar kata totok aura mungkin tidak asing lagi di telinga Anda. Saat ini, bisnis kecantikan dan kesehatan yang menggunakan kombinasi antara teknik acupressor dan tenaga prana (tenaga dalam) itu tumbuh subur bak jamur di musim hujan.
Mengutip hukum ekonomi, di mana ada permintaan di situ ada penawaran. Begitupula dengan bisnis jasa totok aura. Tingginya kesadaran masyarakat untuk memperoleh tubuh sehat secara tradisional mendorong lahirnya klinik kecantikan alternatif, terutama di kota-kota metropolitan.
Baca Juga
Dari puluhan bahkan ratusan klinik yang menawarkan jasa totok aura di Indonesia, nama besar Dian Kenanga Totok Aura paling santer terdengar. Usut punya usut, pendirinya Salma Dian Priharjati merupakan pelopor totok aura pertama di tanah air. Tak heran bila sang pionir ini dijuluki sebagai Ratu Totok Aura.
Advertisement
Sang suami, Aria Abiasa Taufik merupakan aktor utama di balik kesuksesan Dian Kenanga selama hampir satu dasawarsa. Beruntung, Pria bersahaja ini berkenan untuk membeberkan perjalanan berdirinya Dian Kenanga kepada tim Liputan6.com di salah satu tempat terapinya di bilangan Jalan Raya Pejaten Barat Nomor 38, Kemang, Jakarta Barat.
Berawal dari Kamar Kos
Kisah manis Tante Dian & Om Aria begitu panggilan akrab keduanya bermula pada Juli 2004. Saat itu, usaha totok aura Dian Kenanga dimulai dengan menyewa dua kamar (dua bed) kos berdesain gaya Jawa di Jalan Ampera Nomor 12, Jakarta Selatan.
"Saat itu modal awal Rp 3,9 juta untuk menyewa kos, membeli sprei di pasar Cipadu, dan perlengkapan lain. Tapi kami juga berjualan kopi gingseng, pelembut pakaian curah demi membantu biaya operasional," kata Om Aria.
Tidak berlangsung lama, akhirnya mereka sepakat untuk memindahkan usaha ke rumah petak di Jalan Ampera (samping Pengadilan Negeri Jakarta Selatan). Mereka menyewa setengah lantai dengan tiga kamar dan enam bed. Sedangkan jumlah karyawan hanya tiga orang termasuk Dian yang terlibat langsung melayani totok aura ke pengunjung.
Advertisement
Awal mula ke bisnis totok aura
Lalu apa sebenarnya yang melatar belakangi kenekatan Dian menjalani bisnis totok aura yang kerap diidentikkan dengan hal-hal berbau mistik atau klenik?
Pria kelahiran Jakarta, 28 Mei 1962 itu mengungkapkan, sang istri sempat mendapat penolakan dari perusahaan terakhir tempatnya bekerja karena Dian menemukan satu konsep baru yakni totok aura yang berasal dari gabungan teknik acupressor dengan tenaga prana.
"Penolakan itu karena totok aura dianggap bagian dari mistik atau klenik. Padahal ini datang dari tenaga dalam yang dipelajari istri saya seperti Chikung sampai Mahatma yang dilatih sejak dia duduk di bangku SMP," paparnya.
Selain itu, tambah dia, perusahaan tersebut hanya membolehkan seorang terapis berasal dari keluarga pemilik perusahaan, sehingga inilah yang mendasari Dian mengundurkan diri dan akhirnya memulai berbisnis totok aura.
Seperti haus dengan ilmu, Dian kembali membekali diri dengan berbagai kursus privat akupuntur dari Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bahkan sejak lama, Wanita Diploma III Saint Mary Secretarial School itu menimba ilmu acupressor dari sepupu sang Ibu yang merupakan Sin She terkenal di kawasan Petak Sembilan.
Om Aria menjelaskan, totok aura mempunyai manfaat besar bagi manusia. Karena totok yang menggunakan teknik pemijatan akan mengeluarkan tekanan yang bisa menstimulus daya rangsang ke otak kecil. Otak inilah yang memerintahkan organ dalam tubuh bekerja dengan lebih baik.
Totok aura, menurutnya, dapat memperlancar sirkulasi darah ke sekujur tubuh akibat kesalahan pola konsumsi dan istirahat. Dengan teknik ini, daya stimulus akan jauh lebih dalam.
"Kepala akan terasa ringan karena tubuh sudah selaras dengan teknis perangsangan. Energi positif dalam tubuh atau yang disebut aura juga akan terangkat. Makanya ini tidak ada hubungannya dengan gaib, karena aura adalah representatif dari tubuh kita," terang Sarjana Hubungan Internasional jebolan Universitas Nasional itu.
Dari Orang Biasa Hingga Artis
Tidak butuh waktu lama bagi Tante Dian dan Om Aria untuk mereguk kesuksesan. Sebab lewat mulut ke mulut, pengunjung seperti menjadi tenaga marketing yang membuat pertumbuhan bisnis Dian Kenanga melesat cepat. Padahal pada saat merintis usaha, jasa kecantikan dan kesehatan dengan teknik totok belum ada.
"Makanya istri saya sering dinobatkan sebagai Ratu Totok Aura karena memang dia pionirnya. Dia yang pertama kali menggabungkan teknik acupressor dengan tenaga dalam dan terbukti memiliki akuntabilitas ilmiah. Jadi tidak sembarangan," klaim Om Aria.
Kini, empat cabang Dian Kenanga telah berdiri, antara lain di Depok, Bintaro, Ampera Raya Nomor 130-131 Kemang dan Pejaten. Masing-masing memiliki 26 kamar, 28 kamar, 22 kamar dan 32 kamar.
Sementara pelayanannya sendiri, Dian Kenanga menawarkan ragam jenis totok, yakni totok aura wajah, totok aura tubuh (kecuali payudara dan wajah), totok aura tubuh termasuk vitalitas dan organ intim, totok aura payudara dan totok aura getar syaraf.
Pelayanan penunjang, antara lain, gunting rambut, cuci rambut, manicure dan pedicure, lulur, body scrub dan sebagainya. "Best seller-nya memang totok wajah, karena service kami harganya sangat terjangkau berkisar Rp 80 ribu sampai maksimal Rp 200 ribu," ujarnya.
Dengan jumlah karyawan hampir 200 orang termasuk terapis, Dian Kenanga bisa melayani pengunjung sekitar 90-120 orang weekdays dan weekend 150 orang. Awalnya hanya mampu melayani 1-2 orang per hari dan 7 orang per bulan.
Klinik yang tak pernah sepi mampu memberikan pemasukan cukup besar hingga di atas Rp 500 juta per bulan khusus untuk cabang di Pejaten. Sedangkan di cabang lainnya, omzet kurang dari setengah miliar rupiah.
"Sudah banyak masyarakat biasa, artis, pejabat, politisi, pengusaha kaya sampai turis asing dari Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea menjadi langganan kami. Tapi ada artis yang belum pernah datang, seperti Krisdayanti, Olga Syahputra, Syahrini dan lainnya," ucap mantan Area Manager di perusahaan Disctara dan Sepatu Bata itu.
Advertisement
Kesulitan Mencari Terapis
Perjalanan Tante Dian dan Om Aria dalam menapaki bisnis totok aura tidak selamanya mulus. Kerikil-kerikil kecil mewarnai keberhasilan Dian Kenanga untuk menggapai puncak kesuksesan.
Om Aria mengaku pernah ditipu oleh rekan sejawatnya saat ingin mendirikan cabang di Pejaten. Dari kasus ini, dia menderita kerugian sampai Rp 1,4 miliar. Ironisnya, pelaku masih buron hingga saat ini.
Namun persoalan itu seperti tak menjadi beban bagi keluarga Dian. Paling menyedihkan, Dian Kenanga sempat ditinggalkan oleh delapan orang senior terapisnya ketika bisnis tengah menggeliat.
Padahal mencetak seorang terapis tidaklah mudah. Membutuhkan waktu paling cepat 6 bulan bahkan sampai satu tahun. Terapis juga harus rutin latihan Mahatma dua kali dalam sepekan.
Jika kurang, maka risikonya terapis tidak diizinkan untuk melayani pengunjung. "Delapan orang senior terapis saya dibajak. Ini yang bikin saya bingung, tapi saya berpikir bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Ternyata saat saya membidik orang-orang baru, senior terapis itu kembali lagi ke kami," cerita pemilik moto 'Cari Segala Sesuatu Harus Didasari Rasa Cukup Bukan Ingin Banyak.'
Ayah empat orang anak ini menilai bahwa janji-janji manis perusahaan lain belum tentu membuat pekerjanya merasakan kenyamanan. Karena Om Aria memegang prinsip jika service tidak akan muncul apabila seseorang menggaji karyawannya dengan upah murah.
"Saya akan memberikan reward kepada setiap karyawan dengan masa kerja 4-5 tahun dan berprestasi. Tapi saya juga disiplin dalam menerapkan standar pelayanan supaya bisa menjaga kualitas service yang selama ini sudah terbangun dengan baik di mata pengunjung," jelasnya.
Inilah resep yang membawa nama Dian Kenanga semakin berkibar bukan saja dari manfaat terapi, tapi juga kualitas layanan yang belum tentu ditemukan di klinik-klinik kecantikan dan kesehatan serupa.
"Terapi kami dibungkus dengan mata rantai sistem yang baik. Terapi baik, kalau resepsionis judes atau kamar mandi tidak bersih akan jadi masalah bagi keberlangsungan bisnis kami. Jadi kami ingin konsisten mempertahankan kualitas," tegas dia.
Menolak Tawaran Franchise
Meski peluang ekspansi ada di depan mata, namun baik Tante Dian maupun Om Aria tak bergeming apalagi tergiur dengan banjir tawaran yang datang. Alasannya, mereka ingin memberikan kontribusi lebih bagi negeri ini sebelum melebarkan sayap di luar negeri.
"Banyak tawaran kerja sama franchise sampai buka cabang di luar negeri, seperti Malaysia. Tapi saya belum berminat, belum saatnya karena mau melayani negeri sendiri dulu. Franchise juga akan menjadi boomerang jika kita tidak bisa mengelola bisnis dengan baik," papar Om Aria.
Tahun depan, dia berharap dapat merealisasikan mimpinya untuk membuka cabang kelima di kawasan Jakarta Utara. "Buka cabang itu tidak mudah, butuh sumber daya manusia yang kuat. Jadi bertahap," katanya.
Cabang tersebut tentunya untuk menjawab kebutuhan masyarakat perkotaan yang mendambakan tubuh sehat tanpa menyita banyak waktu dan biaya, selain dengan cara berlibur yang sifatnya konvensional.
"Kesehatan dan kecantikan, termasuk totok aura akan semakin diminati oleh masyarakat kota metropolitan yang punya tekanan pekerjaan luar biasa. Dengan terapi totok, cukup habiskan waktu 1-2 jam, badan dan pikiran akan kembali segar. Prospek bisnisnya terbuka lebar bagi para pengusaha," pungkas Om Aria mengakhiri perbincangan. (Fik/Igw)
Advertisement