Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu elemen yang menentukan kebijakan-kebijakan moneter diusulkan untuk memanggil para eksportir Indonesia demi mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
Pelemahan rupiah yang terjadi dikatakan BI dikarenakan masih kurangnya persediaan valas di pasar keuangan karena masih banyaknya para eksportir yang enggan mengkonversikan dolarnya ke rupiah.
Untuk itu, Komite Ekonomi Nasional (KEN) menilai BI harus segera memanggil para eksportir untuk membicarakan mengenai kondisi negara saat ini.
"BI kan tahu eksportir terbesar siapa, diundang, jelaskan kalau negara sedang seperti ini, diminta jual dolarnya. Itu perlu dilakukan, selama ini belum dilakukan," jelas Sekretaris Jenderal KEN, Aviliani di Cirebon, Jumat (6/12/2013).
Tidak hanya itu, minimnya valas di pasar keuangan Indonesia juga dipengaruhi oleh banyaknya investor asing yang keluar dari emerging market seperti Indonesia.
Demi meningkatkan kualitas data akan ekspor dan impor untuk pertimbangan dalam menentukan kebijakan moneter, BI juga dihimbau memanfaatkan data dari Dirjen Bea dan Cukai.
"BI sebenarnya bisa memanfaatkan data pemerintah, data Bea Cukai, untuk mengetahui berapa data ekspor kita, itu bisa menambah, selama ini kan data perbankan saja," jelasnya.
Aviliani mengingatkan agar kondisi seperti saat ini harus terus dipantau pemerintah hingga Maret 2014. Apalagi pada tahun depan, pemilihan umum (Pemilu) bakal digelar.
"Harus melihat terus berapa uang masuk dan berapa uang keluar," jelasnya. (Yas/Ndw)
Pelemahan rupiah yang terjadi dikatakan BI dikarenakan masih kurangnya persediaan valas di pasar keuangan karena masih banyaknya para eksportir yang enggan mengkonversikan dolarnya ke rupiah.
Untuk itu, Komite Ekonomi Nasional (KEN) menilai BI harus segera memanggil para eksportir untuk membicarakan mengenai kondisi negara saat ini.
"BI kan tahu eksportir terbesar siapa, diundang, jelaskan kalau negara sedang seperti ini, diminta jual dolarnya. Itu perlu dilakukan, selama ini belum dilakukan," jelas Sekretaris Jenderal KEN, Aviliani di Cirebon, Jumat (6/12/2013).
Tidak hanya itu, minimnya valas di pasar keuangan Indonesia juga dipengaruhi oleh banyaknya investor asing yang keluar dari emerging market seperti Indonesia.
Demi meningkatkan kualitas data akan ekspor dan impor untuk pertimbangan dalam menentukan kebijakan moneter, BI juga dihimbau memanfaatkan data dari Dirjen Bea dan Cukai.
"BI sebenarnya bisa memanfaatkan data pemerintah, data Bea Cukai, untuk mengetahui berapa data ekspor kita, itu bisa menambah, selama ini kan data perbankan saja," jelasnya.
Aviliani mengingatkan agar kondisi seperti saat ini harus terus dipantau pemerintah hingga Maret 2014. Apalagi pada tahun depan, pemilihan umum (Pemilu) bakal digelar.
"Harus melihat terus berapa uang masuk dan berapa uang keluar," jelasnya. (Yas/Ndw)