Kiprah wanita dalam dunia kerja tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Bahkan orang nomor satu lembaga keuangan dunia, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Christine Lagarde, memberikan penghargaan tertinggi bagi pekerja wanita.
"Ketika wanita bekerja lebih baik, ekonomi dunia akan semakin baik," kata Lagarde dalam sambutan di Yangoon Institute of Economics, Myanmar, seperti dikutip dari laman IMF, Minggu (8/12/2013).
Lagarde memastikan penghargaannya kepada para pekerja wanita tersebut bukan omong semata. Sejumlah fakta dari hasil penelitian IMF menunjukan, keterlibatan wanita dalam dunia kerja seperti para pria akan berdampak sangat signifikan.
Sebagai contoh, terjunnya kaum Hawa ke dunia kerja akan membuat pendapatan per kapita masyarakat Asia Selatan meningkat 23%. Sementara itu negara-negara di Asia Timur dan Pasific bisa menikmati peningkatan pendapatan per kapita sebanyak 15%.
Khusus Myanmar, tingkat keterlibatan wanita dalam dunia kerja mencapai 54%, atau 28% diberlakang pria. Sayangnya, dua per tiga pekerja wanita di Negara tersebut bekerja di sektor informal yang membuatnya terkekang sebagai pekerja tanpa keahlian dengan pendapatan yang tak pasti.
"Hanya sekitar 18% saja wanita Myanmar yang bisa menikmati sekolah lanjutan, hal inilah yang membuatnya sulit untuk tumbuh," kata Lagarde.
Tak hanya soal keterlibatan wanita dalam dunia kerja, kehadiran Lagarde di Myanmar juga mengusung tiga ide besar. IMF menilai, Myanmar saat ini membutuhkan pondasi struktur ekonomi moderan yang kuat. Untuk itu, Myanmar dianggap perlu melakukan investasi jangka panjang utamanya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Ide kedua adalah perlunya keadilan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan bagi Myanmar. Ketidakadilan justru membuat rapuh perekonomian serta mengurangi rasa percaya dalam ekonomi masyarakat.
Terakhir, Lagarde berpesan agar Myanmar mampu mengintergarasikan ekonominya dalam komunitas regional. Sebagai negara Asia, Myanmar cukup beruntung karena berada di kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis.
Ekonomi negara berkembang Asia diperkirakan bakal menguasai separuh dari PDB dunia pada 2050. (Shd)
"Ketika wanita bekerja lebih baik, ekonomi dunia akan semakin baik," kata Lagarde dalam sambutan di Yangoon Institute of Economics, Myanmar, seperti dikutip dari laman IMF, Minggu (8/12/2013).
Lagarde memastikan penghargaannya kepada para pekerja wanita tersebut bukan omong semata. Sejumlah fakta dari hasil penelitian IMF menunjukan, keterlibatan wanita dalam dunia kerja seperti para pria akan berdampak sangat signifikan.
Sebagai contoh, terjunnya kaum Hawa ke dunia kerja akan membuat pendapatan per kapita masyarakat Asia Selatan meningkat 23%. Sementara itu negara-negara di Asia Timur dan Pasific bisa menikmati peningkatan pendapatan per kapita sebanyak 15%.
Khusus Myanmar, tingkat keterlibatan wanita dalam dunia kerja mencapai 54%, atau 28% diberlakang pria. Sayangnya, dua per tiga pekerja wanita di Negara tersebut bekerja di sektor informal yang membuatnya terkekang sebagai pekerja tanpa keahlian dengan pendapatan yang tak pasti.
"Hanya sekitar 18% saja wanita Myanmar yang bisa menikmati sekolah lanjutan, hal inilah yang membuatnya sulit untuk tumbuh," kata Lagarde.
Tak hanya soal keterlibatan wanita dalam dunia kerja, kehadiran Lagarde di Myanmar juga mengusung tiga ide besar. IMF menilai, Myanmar saat ini membutuhkan pondasi struktur ekonomi moderan yang kuat. Untuk itu, Myanmar dianggap perlu melakukan investasi jangka panjang utamanya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Ide kedua adalah perlunya keadilan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan bagi Myanmar. Ketidakadilan justru membuat rapuh perekonomian serta mengurangi rasa percaya dalam ekonomi masyarakat.
Terakhir, Lagarde berpesan agar Myanmar mampu mengintergarasikan ekonominya dalam komunitas regional. Sebagai negara Asia, Myanmar cukup beruntung karena berada di kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis.
Ekonomi negara berkembang Asia diperkirakan bakal menguasai separuh dari PDB dunia pada 2050. (Shd)