Sukses

Pertemuan WTO di Bali Remajakan Sistem Perdagangan Dunia

Sempat mendapat penolakan dari India dan empat negara Amerika Latin, WTO akhirnya berhasil melahirkan kesepakatan dagang Paket Bali.

Setelah sempat mendapat penolakan dari India dan empat negara Amerika Latin, Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) akhirnya berhasil melahirkan kesepakatan dagang pertamanya yang tertuang dalam Paket Bali.

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengungkapkan, kesepakatan WTO itu membuat peremajaan bagi sistem perdagangan dunia yang juga menguntungkan negaranya.

"Paket kesepakatan WTO ini dapat meremajakan sistem perdagangan multilateral yang dapat mendorong lowongan pekerjaan AS, dan menawarkan forum untuk mendorong hak-hak perdagangan AS," ungkap Obama seperti dikutip dari laman Politico, Senin (9/12/2013).

Kesepakatan WTO dalam Paket Bali ini dapat melancarkan pergerakan barang di seluruh dunia dan terbebas dari halangan aturan birokrasi yang selama ini menjadi penghambat. Selain itu, penyederhanaan prosedur bea cukai dapat mendorong perdagangan dunia.

Selain itu, tindakan korupsi di bidang bea cukai dapat berkurang mengingat peluang untuk berbuat curang telah dinetralisir.

Sebelumnya, negosiasi WTO yang direncanakan hanya berlangsung hingga Jumat (6/12/2013) berjalan alot hingga Sabtu (7/12/2013) dini hari keeseokan harinya. Setelah India mengalah, kesepakatan tersebut terganjal penolakan empat negara Amerika Latin lainnya yaitu Kuba, Bolivia, Venezuela dan Nikaragua.

Dengan itu, Obama merasa sangat bangga dan sangat menghargai lahirnya Paket Bali setelah WTO berdiri selama belasan tahun.

"Kami bangga dengan peran kepemimpinan AS dalam mencapai kesepakatan ini, dan selamat bagi Direktur Jenderal WTO Roberto Carvalho de Azevedo dan anggota WTO lainnya atas prestasi ini," tutur Obama. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini