Meski hidup dibalik jeruji penjara tidak membuat narapidana meratapi nasib dan berpangku tangan. Narapidana dapat memiliki penghasilan dan membantu keluarganya dari balik jeruji.
Penghasilan tersebut bukan berasal dari bisnis barang haram narkotika yang selama ini diberitakan tetapi berasal dari hasil kreatifitas yang dibina oleh Lembaga Pemasyarakatan (LP).
Kepala Sub Bidang Bimbingan Kemandirian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Tuti Nurhayati mengatakan, para napi dapat menciptakan benda-benda kerajinan melalui kreatifitasnya. Dari pembuatan hasil kerajinan itu, para napi mendapatkan upah yang sudah ditentukan.
"Ada upah premi, ada kontrak dengan kepala lapas, ada kontrak kerjanya berapa," kata Tuti, pada Pameran Karya Narapidana Indonesia, di Jakarta Konvention Center (JCC), Rabu (11/12/2013).
Dengan begitu, Tuti menambahkan para napi kini bisa menghidupi keluarganya meski hidup di balik penjara. Hal tersebut sudah dilakukan di salah satu Lembaga Permasyarakatan Padang.
"Salah satu contoh di Padang dalam pembuatan tiang listirk bisa satu tiang upah per orang Rp 30 ribu, napi sekarang sekarang ada pembinaan, mereka punya penghasilan memberikan nafkah keluarganya," ujar Tuti.
Tidak hanya itu, di Lampung ada napi yang menghasilkan karya lukisan dan karya tersebut dibandrol dengan harga yang lumayan mahal.
"Ada juga napi craft pertama di Rutan Lampung hanya pelukis, dia bisa memberikan nafkah, dari hasil karyanya itu memberikan harga yang tinggi," kata Tuti.
Menurut Tuti, instansinya kini telah berusaha memupuk kreatifitas para penghuni Lapas, dengan tujuan jika para napi tersebut bebas bisa memiliki keterampilan dan berguna bagi masyarakat.
"Kita berusaha tidak mematikan kreasi, di Lapas dibina apabila ada bakat minat kita kembangkan, paling tidak punya keterampilan motivasi tinggi agar dia berusaha di tengah masyarakat," pungkasnya. (Pew/Ahm)
Penghasilan tersebut bukan berasal dari bisnis barang haram narkotika yang selama ini diberitakan tetapi berasal dari hasil kreatifitas yang dibina oleh Lembaga Pemasyarakatan (LP).
Kepala Sub Bidang Bimbingan Kemandirian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Tuti Nurhayati mengatakan, para napi dapat menciptakan benda-benda kerajinan melalui kreatifitasnya. Dari pembuatan hasil kerajinan itu, para napi mendapatkan upah yang sudah ditentukan.
"Ada upah premi, ada kontrak dengan kepala lapas, ada kontrak kerjanya berapa," kata Tuti, pada Pameran Karya Narapidana Indonesia, di Jakarta Konvention Center (JCC), Rabu (11/12/2013).
Dengan begitu, Tuti menambahkan para napi kini bisa menghidupi keluarganya meski hidup di balik penjara. Hal tersebut sudah dilakukan di salah satu Lembaga Permasyarakatan Padang.
"Salah satu contoh di Padang dalam pembuatan tiang listirk bisa satu tiang upah per orang Rp 30 ribu, napi sekarang sekarang ada pembinaan, mereka punya penghasilan memberikan nafkah keluarganya," ujar Tuti.
Tidak hanya itu, di Lampung ada napi yang menghasilkan karya lukisan dan karya tersebut dibandrol dengan harga yang lumayan mahal.
"Ada juga napi craft pertama di Rutan Lampung hanya pelukis, dia bisa memberikan nafkah, dari hasil karyanya itu memberikan harga yang tinggi," kata Tuti.
Menurut Tuti, instansinya kini telah berusaha memupuk kreatifitas para penghuni Lapas, dengan tujuan jika para napi tersebut bebas bisa memiliki keterampilan dan berguna bagi masyarakat.
"Kita berusaha tidak mematikan kreasi, di Lapas dibina apabila ada bakat minat kita kembangkan, paling tidak punya keterampilan motivasi tinggi agar dia berusaha di tengah masyarakat," pungkasnya. (Pew/Ahm)