Sukses

Mata Uang Asia Bakal Terus Melemah Dihantam Tapering The Fed

Sejumlah nilai tukar mata uang Asia merosot karena dihantam adanya kemungkinan The Federal Reserve mengurangi dana stimulusnya.

Sejumlah nilai tukar mata uang Asia merosot karena dihantam adanya kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) segera menarik dana stimulusnya.

Data ekonomi AS yang terus memulih memicu kekhawatiran The Fed akan mulai mengurangi jumlah pembelian obligasinya (tapering) pada rapat kebijakan yang akan dilakukan pada 17-18 Desember pekan depan.

Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (13/12/2013), kekhawatiran semakin meningkat seiring disepakatinya anggaran belanja AS yang diumumkan Selasa malam lalu.  Kesepakatan tersebut telah menyingkirkan beberapa alasan The Fed untuk kembali menunda penarikan stimulus.

Pelemahan terparah sejumlah mata uang di Asia dipimpin rupee India, disusul ringgit Malaysia dan rupiah di peringkat ketiga terendah.
Sementara dolar Singapura sedikit menguat di tengah upaya beberapa negara lain yang kesulitan mempertahankan atau memperkuat nilai tukarnya.

Guna menghadapi kemungkinan tapering lebih jauh, Bank Sentral Filipina mempertahankan suku bunga acuannya di level terendah sebesar 3,4%. Langkah tersebut sesuai dengan prediksi para analis tanpa mengambil langkah segera mengatasi inflasi.

Tak hanya Filipina, Bank Indonesia juga mengambil langkah yang sama dengan tetap mempertahankan acuannya di level 7,5%. Hingga perdagangan kemarin, rupiah terus menyentuh level terendahnya dalam nyaris lima tahun terakhir.

Tingginya permintaan dolar yang dipicu kemungkinan The Fed terus menggerus nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah berada di posisi 12.081 terhadap dolar AS pada Jumat (13/12/2013). Angka ini turun tipis dibandingkan Kamis kemarin, kurs tengah BI di posisi 12.025 terhadap dolar AS. (Sis/Ahm)