Sebanyak 20 CEO perusahaan terkemuka Jepang yang dipimpin oleh Ketua Japan-Indonesia Asscociation (Japindo) Yasuo Fukuda (mantan PM Jepang) menyatakan komitmennya untuk terus berusaha dan mengembangkan investasinya di Indonesia.
Ini mereka ungkapkan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Tokyo, melansir laman Sekretariat Kabinet, Sabtu (14/12/2013).
Para CEO yang diterima itu di antaranya berasal dari Toshiba, Panasonic, Sumitomo, Taisei, Chiyoda, Marubeni, Mitsubishi, The Bank of Tokyo, Toyota, Inpex, dan Mitsui.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengatakan, dalam pertemuan itu Presiden SBY menyambut baik sikap para pengusaha Jepang yang terus berkomitmen untuk tetap berusaha di Indonesia.
Presiden juga mengajak mereka untuk terus meningkatkan investasinya di Indonesia.
"Presiden juga mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh sejumlah asosiasi yang selama ini membantu peningkatan kerja sama baik perdagangan maupun investasi," kata Firmanzah.
Dalam kesempatan itu Presiden menawarkan sejumlah bidang yang bisa terus menjadi fokus pengusaha Jepang. "Pertama, sisi infrastruktur. Dua, sisi pembiayaan, kemudian sisi energi, batu bara, pembangkit tenaga listrik," ujar dia.
Sementara Ketua Japinda, Yasuo Fukuda, yang didampingi Wakil Ketua Japinda, Yutaka Limura, dalam kesempatan itu juga meminta kesediaan Presiden SBY untuk membuka Japindo Expo yang akan diselenggarakan di Jakarta, pekan depan.
Mengutip Japan External Trade Organization (Jetro), selama periode Januari-September 2012, Indonesia menempati peringkat pertama negara ASEAN yang menjadi tujuan investasi jepang dengan nilai investasi US$ 3 miliar.
Data BPS menunjukkan, realisasi investasi langsung Jepang ke Indonesia tahun 2012 mencapai US$ 2,45 miliar pada 405 proyek.
Selama Januari-September 2013, realisasi investasi Jepang di Indonesia US$ 1,15 miliar dari 278 proyek yang dibangun. Investasi yang dimasuki Jepang pada periode ini adalah industri alat angkut dan transportasi lainnya, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik, industri kimia dasar, bahan kimia dan farmasi.
Adapun nilai perdagangan kedua negara selama Januari-Agustus 2013 sebesar US$ 31,23 miliar. Selama periode itu, Indonesia surplus US$ 5,13 miliar. Pada 2012, total nilai perdagangan kedua negara US$ 52,9 miliar, turun dari US$ 53,15 miliar tahun 2011.
Indonesia selalu surplus dalam perdagangan dengan Jepang. Pada 2012, Indonesia mengekspor US$ 30,13 miliar ke Jepang dan mengimpor US$ 22,76 miliar dari negara ini atau surplus US$ 7,36 miliar. Surplus perdagangan Indonesia dengan Jepang selama 2011 dan 2010, masing-masing, sebesar US$ 14,27 miliar dan US$ 8,82 miliar.
Saat menerima kunjungan kehormatan para CEO Jepang itu, Presiden SBY didampingi antara lain oleh Menlu Marty Natalegawa, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Seskab Dipo Alam, Menperin MS Hidayat, Kepala BKPM Mahendra Siregar, Jubir Julian Aldrin Pasha, Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Prof. Firmanzah, dan Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa.(Nrm)
Ini mereka ungkapkan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Tokyo, melansir laman Sekretariat Kabinet, Sabtu (14/12/2013).
Para CEO yang diterima itu di antaranya berasal dari Toshiba, Panasonic, Sumitomo, Taisei, Chiyoda, Marubeni, Mitsubishi, The Bank of Tokyo, Toyota, Inpex, dan Mitsui.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengatakan, dalam pertemuan itu Presiden SBY menyambut baik sikap para pengusaha Jepang yang terus berkomitmen untuk tetap berusaha di Indonesia.
Presiden juga mengajak mereka untuk terus meningkatkan investasinya di Indonesia.
"Presiden juga mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh sejumlah asosiasi yang selama ini membantu peningkatan kerja sama baik perdagangan maupun investasi," kata Firmanzah.
Dalam kesempatan itu Presiden menawarkan sejumlah bidang yang bisa terus menjadi fokus pengusaha Jepang. "Pertama, sisi infrastruktur. Dua, sisi pembiayaan, kemudian sisi energi, batu bara, pembangkit tenaga listrik," ujar dia.
Sementara Ketua Japinda, Yasuo Fukuda, yang didampingi Wakil Ketua Japinda, Yutaka Limura, dalam kesempatan itu juga meminta kesediaan Presiden SBY untuk membuka Japindo Expo yang akan diselenggarakan di Jakarta, pekan depan.
Mengutip Japan External Trade Organization (Jetro), selama periode Januari-September 2012, Indonesia menempati peringkat pertama negara ASEAN yang menjadi tujuan investasi jepang dengan nilai investasi US$ 3 miliar.
Data BPS menunjukkan, realisasi investasi langsung Jepang ke Indonesia tahun 2012 mencapai US$ 2,45 miliar pada 405 proyek.
Selama Januari-September 2013, realisasi investasi Jepang di Indonesia US$ 1,15 miliar dari 278 proyek yang dibangun. Investasi yang dimasuki Jepang pada periode ini adalah industri alat angkut dan transportasi lainnya, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik, industri kimia dasar, bahan kimia dan farmasi.
Adapun nilai perdagangan kedua negara selama Januari-Agustus 2013 sebesar US$ 31,23 miliar. Selama periode itu, Indonesia surplus US$ 5,13 miliar. Pada 2012, total nilai perdagangan kedua negara US$ 52,9 miliar, turun dari US$ 53,15 miliar tahun 2011.
Indonesia selalu surplus dalam perdagangan dengan Jepang. Pada 2012, Indonesia mengekspor US$ 30,13 miliar ke Jepang dan mengimpor US$ 22,76 miliar dari negara ini atau surplus US$ 7,36 miliar. Surplus perdagangan Indonesia dengan Jepang selama 2011 dan 2010, masing-masing, sebesar US$ 14,27 miliar dan US$ 8,82 miliar.
Saat menerima kunjungan kehormatan para CEO Jepang itu, Presiden SBY didampingi antara lain oleh Menlu Marty Natalegawa, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Seskab Dipo Alam, Menperin MS Hidayat, Kepala BKPM Mahendra Siregar, Jubir Julian Aldrin Pasha, Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Prof. Firmanzah, dan Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa.(Nrm)