Sukses

Pertamina Sibuk Cari Dolar AS buat Impor BBM

Aksi impor minyak dilakukan Pertamina karena pertumbuhan konsumsi BBM nasional tidak bisa diikuti dengan kenaikan produksi minyak nasional.

Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin meningkat membuat PT Pertamina (Persero) sibuk mencari dolar Amerika Serikat (AS) untuk mengimpor minyak.

Direktur Hulu Pertamina Muhamad Husein mengatakan, aksi impor minyak karena pertumbuhan konsumsi BBM nasional tidak bisa diikuti dengan kenaikan produksi minyak nasional.

"Kita menyadari Indonesia dari hari ke hari terutama BBM semakin meningkat sepeda motor setiap tahun tambah 10 juta," kata Husein dalam 'Pertamina Energy Outlook 2014', di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (16/12/2013).

Terus meningkatnya volume minyak yang diimpor, Pertamina pun semakin rajin mencari dolar AS di bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Di satu sisi produksi berkurang, sehingga saya paling tidak merasakan setiap hari kebutuhan dolar AS untuk beli BBM terasa sekali, terutama dari bank, Mandri, BNI, BRI. Bank Mandri, BNI, dan BRI," ungkapnya.

Jika produksi minyak tidak mampu ditingkatkan, Husein memprediksi volume BBM yang bakal diimpor perseroan bakal terus meningkat sehingga jumlah dolar AS yang dibutuhkan semakin banyak.

"Setelah lapangan Banyu Urip tidak ada lagi temuan lapangan minyak dalam skala besar. Kalau tidak ada lagi temuan minyak besar dalam 10 tahun ke depan, saya bayangkan 10 tahun yang akan datang impor makin besar sehingga kita harus serius memikirkan energi," pungkasnya.

Sekadar informasi, PT Pertamina (Persero) mengimpor 327.08 ribu barel minyak per hari (bph) untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri sepanjang tahun ini.  Sementara, pasokan minyak mentah yang berasal dari dalam negeri sebesar 506.14 ribu bph

Impor minyak mentah Pertamina berasal dari lima wilayah yaitu Afrika Barat, Mediterania, pecahan Rusia, Asia Pasifik dan Saudi Arabia. (Pew/Ndw)