Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) semakin didorong untuk memenuhi kebutuhan listrik. Hal itu mengingat sumber daya alam seperti batu bara makin lama semakin menipis.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Herman Agustiawan mengatakan, penggunaan PLTU haruslah memiliki sumber daya alam (SDA) batu bara yang sangat banyak. Jumlah batu bara di Indonesia lama-lama semakin menipis. Oleh karena itu, Indonesia butuh pembangkit listrik yang dihasilkan dari sumber lain, seperti PLTN.
"Pembangkit listrik yang didatangkan dari PLTN merupakan salah satu opsi yang baik, kalau kita pakai terus PLTU maka kita butuh batu bara yang banyak, batu bara lama-lama menipis juga. Kita butuh ratusan ribu watt, untuk itu harus ada opsi lain dalam menghasilkan pembangkit listrik," ujar Herman ketika ditemui dalam acara Pertamina Energy Outlook 2014 di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (17/12/2013).
Herman menegaskan, untuk itu rencana pembangunan PLTN ini harus didorong dengan kuat, agar pelaksanaan pembangunan PLTN bisa terlaksana dengan baik dan cepat. Saat ini anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berada di Komisi VII sudah menyetujui rencana pembangunan PLTN, sehingga tinggal menunggu kata setuju yang dilontarkan dari pemerintah pusat.
"Kita harus dorong rencana PLTN ini, DPR sudah menyetujui rencana PLTN ini, tinggal pemerintah yang belum menyetujui rencana PLTN ini," tegasnya.
Selain itu, ia mencontohkan Jepang yang sudah menggunakan PLTN sejak lama, sehingga Jepang memiliki ketahanan energi yang kuat. Dengan melihat keadaan Jepang yang berhasil menggunakan PLTN, untuk itu Indonesia harus membangun PLTN agar memiliki ketahanan energi yang kuat.
"Kalau pakai PLTN kita menggunakan bahan dasar sekitar 25-30 ton yang bisa mencapai seribu Mega Watt (MW) untuk 18 bulan, jadi sangat bagus menggunakan PLTN itu," jelas Herman.
Lanjut Herman, memang pada awal konstruksi pembangunan PLTN sangat mahal, tapi pembangunan yang mahal bertujuan agar tahan gempa dan bisa menyuplai pembangkit listrik yang lebih besar. Sehingga dampaknya sangat bagus untuk masyarakat banyak, seperti harga listrik yang lebih murah. (Dis/Ahm)
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Herman Agustiawan mengatakan, penggunaan PLTU haruslah memiliki sumber daya alam (SDA) batu bara yang sangat banyak. Jumlah batu bara di Indonesia lama-lama semakin menipis. Oleh karena itu, Indonesia butuh pembangkit listrik yang dihasilkan dari sumber lain, seperti PLTN.
"Pembangkit listrik yang didatangkan dari PLTN merupakan salah satu opsi yang baik, kalau kita pakai terus PLTU maka kita butuh batu bara yang banyak, batu bara lama-lama menipis juga. Kita butuh ratusan ribu watt, untuk itu harus ada opsi lain dalam menghasilkan pembangkit listrik," ujar Herman ketika ditemui dalam acara Pertamina Energy Outlook 2014 di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (17/12/2013).
Herman menegaskan, untuk itu rencana pembangunan PLTN ini harus didorong dengan kuat, agar pelaksanaan pembangunan PLTN bisa terlaksana dengan baik dan cepat. Saat ini anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berada di Komisi VII sudah menyetujui rencana pembangunan PLTN, sehingga tinggal menunggu kata setuju yang dilontarkan dari pemerintah pusat.
"Kita harus dorong rencana PLTN ini, DPR sudah menyetujui rencana PLTN ini, tinggal pemerintah yang belum menyetujui rencana PLTN ini," tegasnya.
Selain itu, ia mencontohkan Jepang yang sudah menggunakan PLTN sejak lama, sehingga Jepang memiliki ketahanan energi yang kuat. Dengan melihat keadaan Jepang yang berhasil menggunakan PLTN, untuk itu Indonesia harus membangun PLTN agar memiliki ketahanan energi yang kuat.
"Kalau pakai PLTN kita menggunakan bahan dasar sekitar 25-30 ton yang bisa mencapai seribu Mega Watt (MW) untuk 18 bulan, jadi sangat bagus menggunakan PLTN itu," jelas Herman.
Lanjut Herman, memang pada awal konstruksi pembangunan PLTN sangat mahal, tapi pembangunan yang mahal bertujuan agar tahan gempa dan bisa menyuplai pembangkit listrik yang lebih besar. Sehingga dampaknya sangat bagus untuk masyarakat banyak, seperti harga listrik yang lebih murah. (Dis/Ahm)