PT Bahana TCW Investment Management memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 basis poin (bsp) menjadi 8% di sepanjang 2014.
Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, kenaikkan BI Rate dilakukan demi menekan defisit transaksi berjalan dan menjaga tingkat inflasi.
"Ketika BI menaikkan kembali BI Rate, maka dampaknya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang kian melambat di kisaran 5,3%," ujar Budi ketika ditemui di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (18/13/2013).
Dampak lain dari kenaikan BI rate yaitu likuiditas akan semakin ketat sehingga terjadi perebutan dana masyarakat. "BI rate naik, likuiditas akan ketat, maka banyak yang berebut dana masyarakat. Sehingga terjadi peningkatan suku bunga deposito," jelas dia.
Budi juga menjelaskan, defisit neraca transaksi berjalan dan berkurangnya arus modal asing menyebabkan kurs rupiah kemungkinan akan bergerak pada kisaran 11.400 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Pelemahan rupiah berisiko memicu inflasi menjadi 6% atau 50 bps di atas ambang batas BI," tegasnya. (Dis/Ndw)
Baca juga:
BI Rate Naik, Lima Emiten Tunda Penerbitan Obligasi
Rupiah Melemah, Investasi Apa yang Jadi Pertimbangan?
JK: Kenaikan BI Rate Ibarat Malapraktik
Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, kenaikkan BI Rate dilakukan demi menekan defisit transaksi berjalan dan menjaga tingkat inflasi.
"Ketika BI menaikkan kembali BI Rate, maka dampaknya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang kian melambat di kisaran 5,3%," ujar Budi ketika ditemui di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (18/13/2013).
Dampak lain dari kenaikan BI rate yaitu likuiditas akan semakin ketat sehingga terjadi perebutan dana masyarakat. "BI rate naik, likuiditas akan ketat, maka banyak yang berebut dana masyarakat. Sehingga terjadi peningkatan suku bunga deposito," jelas dia.
Budi juga menjelaskan, defisit neraca transaksi berjalan dan berkurangnya arus modal asing menyebabkan kurs rupiah kemungkinan akan bergerak pada kisaran 11.400 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Pelemahan rupiah berisiko memicu inflasi menjadi 6% atau 50 bps di atas ambang batas BI," tegasnya. (Dis/Ndw)
Baca juga:
BI Rate Naik, Lima Emiten Tunda Penerbitan Obligasi
Rupiah Melemah, Investasi Apa yang Jadi Pertimbangan?
JK: Kenaikan BI Rate Ibarat Malapraktik