Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) memprediksi nilai tukar rupiah bisa menembus Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun depan. Hal iitu terjadi jika pemerintah gagal untuk menenangkan pasar sehingga memberikan efek pada depresiasi rupiah.
"Kalau sampai akhir tahun nilai tukar rupiah diperkirakan mencapai Rp 12.500. Untuk 2014, bisa mencapai Rp 13 ribu, kalau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak pasti, makanya jangan bikin orang panik," ujar Ketua Umum APINDO Sofjan Wanandi saat konferensi pers di Gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2013).
Dia menilai, pemerintah harus dapat belajar dari pada krisis sekitar tahun 1997-1998, di mana banyak modal yang lari ke luar negeri. Untuk itu jelang tahun politik 2014, pemerintah justru jangan mengambil langkah yang bisa membuat pelaku pasar resah.
"Ketika tahun 1997-1998 lalu, semua orang mau memegang dolar AS, mereka tidak ada yang mau pegang rupiah. Makanya kita harus menjaga itu, jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi," lanjutnya.
Sementara itu, Sofjan juga menilai tingkat suku bungan acuan Bank Indonesia atau BI Rate saat ini sudah sangat bersahabat dengan pengusaha sehingga diharapkan BI tidak lagi menaikan BI Rate pada tahun depan.
Menurut dia, untuk memperbaiki perekonomian tidak bisa hanya dilakukan oleh BI, melainkan upaya pemerintah secara nyata dianggap paling penting untuk menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dolar dan memperbaiki defisit neraca perdagangan.
"Untuk sekarang, pengusaha sudah sangat susah sekali. Monetary policy tidah bisa menyelesaikan ini, harus ada real policy dari pemeritah. Tidak hanya BI yang harus selesaikan ini, karena itu saya tidak percaya kebijakan moneter bisa selesaikan ini," tandasnya. (Dny/Ndw)
Baca juga:
Stimulus AS Dipangkas, Rupiah Jatuh ke 12.200/US$
Rupiah Tertekan Menahan Laju IHSG pada 2013
Indonesia Tak Mampu Manfaatkan Penguatan Yuan
Rupiah Melemah, Produsen Jamu Naikkan Harga Jual
"Kalau sampai akhir tahun nilai tukar rupiah diperkirakan mencapai Rp 12.500. Untuk 2014, bisa mencapai Rp 13 ribu, kalau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak pasti, makanya jangan bikin orang panik," ujar Ketua Umum APINDO Sofjan Wanandi saat konferensi pers di Gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2013).
Dia menilai, pemerintah harus dapat belajar dari pada krisis sekitar tahun 1997-1998, di mana banyak modal yang lari ke luar negeri. Untuk itu jelang tahun politik 2014, pemerintah justru jangan mengambil langkah yang bisa membuat pelaku pasar resah.
"Ketika tahun 1997-1998 lalu, semua orang mau memegang dolar AS, mereka tidak ada yang mau pegang rupiah. Makanya kita harus menjaga itu, jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi," lanjutnya.
Sementara itu, Sofjan juga menilai tingkat suku bungan acuan Bank Indonesia atau BI Rate saat ini sudah sangat bersahabat dengan pengusaha sehingga diharapkan BI tidak lagi menaikan BI Rate pada tahun depan.
Menurut dia, untuk memperbaiki perekonomian tidak bisa hanya dilakukan oleh BI, melainkan upaya pemerintah secara nyata dianggap paling penting untuk menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dolar dan memperbaiki defisit neraca perdagangan.
"Untuk sekarang, pengusaha sudah sangat susah sekali. Monetary policy tidah bisa menyelesaikan ini, harus ada real policy dari pemeritah. Tidak hanya BI yang harus selesaikan ini, karena itu saya tidak percaya kebijakan moneter bisa selesaikan ini," tandasnya. (Dny/Ndw)
Baca juga:
Stimulus AS Dipangkas, Rupiah Jatuh ke 12.200/US$
Rupiah Tertekan Menahan Laju IHSG pada 2013
Indonesia Tak Mampu Manfaatkan Penguatan Yuan
Rupiah Melemah, Produsen Jamu Naikkan Harga Jual