Pemerintah tengah memutar otak supaya dampak pengurangan stimulus (tapering off) oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 10 miliar tahun depan tidak berimbas kepada investor asing.
The Federal Reserve akan melakukan tapering off secara bertahap supaya tak menimbulkan gejolak besar pada pasar keuangan dunia.
Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, niat Bank Sentral AS melakukan tapering off secara bertahap merupakan permintaan dari sejumlah negara-negara berkembang.
"Sebelumnya orang berpikir, tapering off lebih drastis, tapi ternyata The Fed justru mau mendengarkan konsen dari negara-negara berkembang supaya penarikan stimulus dan tidak menimbulkan gejolak lebih besar di emerging market," ungkap dia di kantornya, Jakarta, Jumat (20/12/2013).
Tapering off, tambah Bambang, bukan merupakan kebijakan penghentian ekspansi moneter namun hanya mengurangi besaran stimulus. Imbasnya, lanjut dia, stimulus moneter itu akan digunakan untuk membeli surat berharga negara (SBN).
"Artinya, pilihan surat berharga itu akan lebih selektif sehingga konsen Indonesia apakah SBN, SUN dan rupiah, termasuk dalam operasi yang dilakukan para investor. Jika dibanding 2011, pengurangan likuiditas lebih kecil pada 2014," kata Bambang
Tapi sebenarnya, Bambang mengaku, dampak tapering off telah terjadi di Mei 2013 ketika belum diturunkan.
"Tercermin dengan gejolak lebih besar pada rupiah, yield, dan saham," jelasnya.
Saat ini, Bambang mengaku, pemerintah harus memperkuat fundamental ekonomi Indonesia supaya siap dalam menghadapi pengurangan aliran dana masuk dari AS.
"Kami harus memastikan bahwa sistem ekonomi Indonesia maupun sistem keuangan masih menarik buat investor global. Sebenarnya ketakutan dampak (tapering off) lebih besar terjadi di Mei dan diperparah dengan kondisi di Agustus 2013 karena defisit neraca transaksi berjalan," paparnya.
Meski bersiap menghadapi tapering off, Bambang menilai, Indonesia belum melihat perlu tambahan dana cadangan, apalagi sampai mencairkan dana tersebut.
"Sampai saat ini belum perlu cairkan bilateral swap karena kami sudah punya agreement. Itu sudah memberikan gambaran bahwa kita sudah punya second line of defense. Juga tidak perlu mencairkan cadangan devisa, karena kalau dipakai malah berbahaya buat market," pungkas dia. (Fik/Ahm)
Baca Juga:
5 Skenario Dampak Tapering The Fed Buat Indonesia
BI Sudah Antisipasi Tapering The Fed Sejak Setahun Lalu
The Fed Tarik Stimulus, Rupiah Jadi Mata Uang Paling Berisiko
The Federal Reserve akan melakukan tapering off secara bertahap supaya tak menimbulkan gejolak besar pada pasar keuangan dunia.
Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, niat Bank Sentral AS melakukan tapering off secara bertahap merupakan permintaan dari sejumlah negara-negara berkembang.
"Sebelumnya orang berpikir, tapering off lebih drastis, tapi ternyata The Fed justru mau mendengarkan konsen dari negara-negara berkembang supaya penarikan stimulus dan tidak menimbulkan gejolak lebih besar di emerging market," ungkap dia di kantornya, Jakarta, Jumat (20/12/2013).
Tapering off, tambah Bambang, bukan merupakan kebijakan penghentian ekspansi moneter namun hanya mengurangi besaran stimulus. Imbasnya, lanjut dia, stimulus moneter itu akan digunakan untuk membeli surat berharga negara (SBN).
"Artinya, pilihan surat berharga itu akan lebih selektif sehingga konsen Indonesia apakah SBN, SUN dan rupiah, termasuk dalam operasi yang dilakukan para investor. Jika dibanding 2011, pengurangan likuiditas lebih kecil pada 2014," kata Bambang
Tapi sebenarnya, Bambang mengaku, dampak tapering off telah terjadi di Mei 2013 ketika belum diturunkan.
"Tercermin dengan gejolak lebih besar pada rupiah, yield, dan saham," jelasnya.
Saat ini, Bambang mengaku, pemerintah harus memperkuat fundamental ekonomi Indonesia supaya siap dalam menghadapi pengurangan aliran dana masuk dari AS.
"Kami harus memastikan bahwa sistem ekonomi Indonesia maupun sistem keuangan masih menarik buat investor global. Sebenarnya ketakutan dampak (tapering off) lebih besar terjadi di Mei dan diperparah dengan kondisi di Agustus 2013 karena defisit neraca transaksi berjalan," paparnya.
Meski bersiap menghadapi tapering off, Bambang menilai, Indonesia belum melihat perlu tambahan dana cadangan, apalagi sampai mencairkan dana tersebut.
"Sampai saat ini belum perlu cairkan bilateral swap karena kami sudah punya agreement. Itu sudah memberikan gambaran bahwa kita sudah punya second line of defense. Juga tidak perlu mencairkan cadangan devisa, karena kalau dipakai malah berbahaya buat market," pungkas dia. (Fik/Ahm)
Baca Juga:
5 Skenario Dampak Tapering The Fed Buat Indonesia
BI Sudah Antisipasi Tapering The Fed Sejak Setahun Lalu
The Fed Tarik Stimulus, Rupiah Jadi Mata Uang Paling Berisiko