Sukses

Gula Rafinasi Tak Layak Konsumsi bagi Rumah Tangga

Gula rafinasi dinilai tak layak konsumsi oleh kalangan rumah tangga karena kandungan diabetes yang sangat tinggi.

Gula rafinasi dinilai gula yang tak layak konsumsi oleh kalangan rumah tangga. Harga gula rafinasi yang  lebih murah dibandingkan gula yang diproduksi dalam negeri berbahan baku tebu ini telah merambah pasar tradisional.

Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro, mengatakan gula rafinasi itu sebenarnya gula yang hanya dikonsumsi untuk kalangan industri.

"Jangan berikan keluarga anda gula rafinasi, karena itu berbahaya karena gula itu untuk industri makanan minuman, jadi perlu ada pengolahan lagi kalau mau dikonsumsi, " kata Ismed saat berbincang dengan wartawan di Kantornya, Jakarta, Senin (23/12/2013)

Tidak hanya itu gula rafinasi memiliki kandungan diabetes yang sangat tinggi jika dibandingkan gula hasil produksi dari tumbuhan tebu. Yang menjadi daya tarik masyarakat untuk mengkonsumsi gula rafinasi selain harganya yang murah juga memiliki warna yang putih bersih.

"Kalau langsung dicampuri ke dalam teh, potensi diabetesnya tinggi sekali, jangan mengkonsumsi gula dari putihnya saja," tegasnya.

Ismed juga menekankan gula yang lebih berwarna kecoklatan justru yang lebih asli dan lebih sehat bagi kondisi tubuh tanpa harus ada risiko tersendiri.

Saat ini gula rafinasi telah tercatat sebanyak 7 juta ton setiap tahunnya yang dikonsumsi masyarakat, baik itu untuk konsumsi industri maupun untuk konsumsi pribadi.

Dengan semakin maraknya peredaran gula rafinasi di pasar ritel tersebut mengakibatkan harga gula yang berbahan baku dari tebu turut jatuh padahal gula itu yang lebih layak konsumsi.(Yas/Ahm)

Baca Juga:

Gula Rafinasi Bikin Laba RNI Anjlok pada 2013


Kadin Usulkan Cabut Izin Pabrik Gula Rafinasi


Pemerintah Belum Bersikap soal Kebocoran Gula Rafinasi