Sukses

September: Kelahiran Mobil Murah yang Penuh Dilema

Indonesia mulai membangun ambisinya mencipta mobil nasional yang telah lama terpendam. Mobil murah dianggap bagian dari menjemput mimpi itu.

Ambisi Indonesia memproduksi mobil nasional (Mobil) masih terus berhembus. Berbagai strategi dirancang agar pemerintah bisa bersaing  dengan negara tetangganya seperti Malaysia dan Thailand.

Meski tak sepenuhnya mengandung komponen produk lokal, mimpi memiliki Mobnas dimulai pemerintah dengan mengeluarkan program mobil murah ramah lingkungan atau lazim disebut low cost green car (LCGC).

Program yang sudah digadang sejak setahun lalu ini, mencapai puncaknya ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan LCGC. Payung hukum yang lama ditunggu ini pun direspon cepat produsen otomotif dengan memproduksi mobil-mobil yang diklaim paling murah.

Namun niat pemerintah membangun industri mobil yang lebih terjangkau masyarakat tak sepenuhnya berjalan mulus. Muncul pro-kontra yang mewarnai peluncuran mobil murah dari para produsen otomotif. Salah satu penolakan yang paling menyita perhatian publik adalah sikap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang justru bersikap berbeda dengan kebijakan pemerintah pusat tersebut.

Untuk Mengingatkan betapa sengitnya perdebatan, pro dan kontra, serta persaingan produsen otomotif yang saling mengklaim menjual mobil termurah, berikut topik kaleidoskop Bisnis 2013 edisi September yang akan mengupas dilema mobil murah:

2 dari 7 halaman


1. Lahirnya Mobil Murah Produksi Indonesia

Mei 2013 menjadi babak baru bagi industri otomotif nasional. Pada bulan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2013 tentang program LCGC.

Menyambung kebijakan tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) langsung mengeluarkan dua aturan teknis dari program mobil LCGC satu bulan kemudian.  Kedua bulan tersebut menjadi awal tonggak baru pengembangan kendaraan yang diharapkan bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

Di sisi lain, mobil murah ini juga diharapkan bisa menjadi kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah pun beralasan jika kehadiran mobil murah merupakan strategi pemerintah menghadapi era perdagangan bebas Asia Tenggara. Dengan makin berkembangnya mobil murah di Malaysia dan Thailand, pemerintah mengaku harus bersiaga dari serbuan produk mobil luar negeri.

Dalam jangka yang lebih panjang, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, program LCGC yang digadang pemerintah merupakan bagian dari strategi Indonesia membangun mobil nasional (Mobnas). Ambisi yang hingga kini masih belum kunjung terwujud setelah gagalnya program Mobnas Timor.
3 dari 7 halaman


2. Produsen Berlomba Ciptakan Mobil Murah

Hingar bingar program mobil murah mengambil momentum dan perhatian masyarakat setelah tiga bulan dari terbitnya payung hukum LCGC. Pemicunya, produsen otomotif mulai berani memperkenalkan karya mobil yang digadang-gadang paling murah diantara para mobil buatan sebelumnya.

Urutan pertama adalah PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang menjadi pionir dalam peluncuran mobil murah di Tanah Air. Menggadang Daihatsu Ayla, kelompok bisnis Astra ini berani mematok harga jual terendah di kisaran Rp 76 juta dan termahal Rp 106 juta per unit.

Tak mau kalah dari saudaranya, PT Toyota Astra Motor juga mengeluarkan produk mobil murahnya dengan merek Toyota Agya. Mengusung 3 pilihan yaitu tipe E, tipe G, dan tipe TRD, Toyota mematok harga jual mobil murahnya antara Rp 99,9 juta hingga  Rp 120,75 juta per unit.

Aksi dua saudara dari kelompok bisnis Astra ini tak pelak membuat produsen lainnya tak mau ketinggalan. Tanpa menunggu waktu lama, publik mulai disuguhi sejumlah penawaran produk mobil yang digadang murah dan terjangkau dari produsen lain.

PT Honda Prospek Motor diketahui mengeluarkan mobil murah bermerek Brio Satya dengan harga jual Rp 106 juta hingga Rp 117 juta. Disusul kemudian produk mobil murah Datsun Go dan Datsun Go+ dari PT Nissan Motor Indonesia.

Terakhir, PT Suzuki Indomobil tak mau ketinggalan ambil bagian dari geliat mobil murah ini. Suzuki meluncurkan mobil Karimun Wagon R yang diklaimnya lebih cocok untuk konsumen di Indonesia.

4 dari 7 halaman


3. Mobil Murah, Kemacetan dan Niat Naik Status Sosial

Aksi produsen otomotif yang berlomba-lomba mengeluarkan produk mobil murah pun memicu pro-kontra dari publik.

Bagi kalangan pendukung, kehadiran mobil murah dianggap sebagai solusi pemerintah untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Dengan kapasitas mesin yang lebih kecil, mobil murah dianggap bisa menekan pembelian BBM khusus premium.

Menteri Perindustrian MS Hidayat juga menganggap mobil murah sebagai strategi pemerintah menahan gempuran mobil dari Thailand. Negeri gajah putih tersebut memang terkenal sebagai pusat otomotif Asia.

Dukungan program mobil murah tak hanya datang dari pemerintah. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla secara terang-terangan mendukung program tersebut.

Di pihak penentang, mobil murah justru dianggap masalah baru bagi Indonesia. Meningkatnya jumlah kendaraan dikhawatirkan akan menambah kemacetan di kota besar khususnya ibukota. Belum lagi masalah konsumsi BBM yang bakal meningkat.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Eka Sari Lorena memprediksikan kurang dari 1 tahun Jakarta akan mengalami macet total.

Tak hanya soal kemacetan, para pengguna dan penjual mobil bekas juga mempertanyakan kualitas dari kendaraan tersebut. Dengan nada sinis, body dari mobil murah bahkan dituding sama dengan kaleng kerupuk.

Disisi lain, kehadiran mobil murah memang mengubah pola hidup masyarakat Indonesia. Tak bisa dipungkiri, masyarakat akan merasa status sosialnya naik dengan memiliki kendaraan. Hal ini rela dilakukan meskipun harus membayar cicilan jutaan rupiah.

"Mereka beli mobil itu status sosial, tadinya naik motor jadi naik mobil. Karena status sosial, membeli mobil adalah peningkatan status sosial, itu alasan utama orang beli mobil kalau menurut saya," kata Manager Pemasaran PT Suzuki Indomobil Sales, Davy Tuilan

5 dari 7 halaman

4. Mobil Murah Lahir, Mobil Bekas Minggir

Kehadiran mobil murah memang bagai pisau bermata dua. Dengah harga jual di bawah Rp 100 juta, mobil murah seolah menjadi solusi bagi masyarakat kelas menengah yang membutuhkan kendaraan.

Disisi lain, kemunculan mobil murah ternyata berimbas pada berbagai sektor lain, termasuk urusan gaya hidup. Irawan, pemilik Showroom Power Auto di kawasan WTC Mangga Dua, Jakarta mengakui mobil murah telah membuat harga jual mobil jenis city car bekas anjlok tajam.

Meski klaim itu langsung dibantah Gaikindo yang menganggap efek negatif mobil murah hanya memberikan sedikit goyangan pada pasar mobil bekas.

6 dari 7 halaman


5. Jokowi Vs Pemerintah Diantara Mobil Murah

Dari perdebatan yang muncul di ranah publik, penolakan paling disorot tentu saja berasal dari orang nomor satu di Ibukota, Joko Widodo. Gubernur DKI Jakarta tersebut secara tegas menolak program mobil murah.

"Saya mau katakan, mobil murah itu nggak benar," tegas Jokowi, disela Forum Gubernur, Walikota Ibukota Negara ASEAN beberapa waktu lalu.

Jokowi memang pantas khawatir. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menaksir 3.000 unit mobil murah bakal melenggang di jalanan ibukota. Dengan kemacetan yang telah terjadi, mobil murah bukan tak mungkin memperparah kondisi yang ada.

Saking kesalnya, Jokowi bahkan melayangkan surat protesnya terhadap program mobil murah yang dikeluarkan pemerintah. Sebagai pengurus ibukota, Jokowi memang dititipkan tugas untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.

Kerisauan Jokowi pun terdengar oleh Wakil Presiden Boediono. Tak ingin polemik berkepanjangan, Boediono menyatakan pemerintah pusat takkan lepas tangan dengan kehadiran mobil murah. Pemerintah berjanji akan bertanggung jawab apabila kebijakan LCGC ini justru menimbulkan permasalahan.

"Saya ingin sedikit merespons ada surat dari Bapak Guberbur DKI ke saya, intinya pemerintah pusat tidak akan lepas tangan dalam hal bekerja mengatasi masalah DKI, termasuk kemacetan dan banjir, karena ini adalah jendela negara kita," ungkap Boediono.
7 dari 7 halaman


6. Mimpi Mobil Nasional Harus Tetap Hidup

Terlepas dari polemik yang mengiringi kemunculan mobil murah, ambisi pemerintah mengembangkan Mobnas memang harus tetap dijaga sekaligus diwujudkan.

Bagi Jusuf Kalla mobil murah yang dikembangkan sejumlah sejumlah produsen otomotif saat ini belum layak disebut Mobnas. "Saya tidak katakan mobnas (LCGC), tapi Indonesia, tidak hanya dirakit, (tapi) dibuat pemuda-pemuda Indonesia," ungkapnya.

Mobil nasional, lanjutnya, seharusnya merupakan mobil yang seluruh aktivitas pembuatannya menyangkut kepentingan nasional, mulai dari tenaga kerja, pajak hingga komponen suku cadang. (Shd)

* Peristiwa bisnis apa lagi yang ramai di bulan Oktober 2013. Nantikan kelanjutan Kaleidoskop Bisnis 2013 di Bisnis.Liputan6.com Rabu, 25 Desember 2013.
Video Terkini