Sejak rencana penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (tapering The Fed) digaungkan pada Juni 2013, para investor di negara-negara Asia terus menunjukkan kepanikannya dan membuat pasar keuangan di kawasan tersebut ketar-ketir.
Uniknya, saat The Fed benar-benar mengumumkan aksi tapering akan dilakukan pada Januari 2014, para investor di Asia justru merasa tidak takut sama sekali.
Seperti dikutip dari CNBC, Jumat (27/12/2013), menurut Chief Investment Officer Asia (selain Jepang) Invesco, Paul Chan, tapering tidak lagi membuat negara-negara Asia ketakutan.
"Kami yakin, pengumuman tapering tahun depan akan menghilangkan ketakutan besar yang menghantui pasar global sepanjang 2013. Kami yakin Asia akan mampu berdiri menghadapi dampak-dampak tapering," ungkap Chan.
Menurut Chan, terdapat beberapa alasan yang membuat Asia berada di posisi yang menguntungkan saat The Fed menarik stimulusnya tahun depan. Tentu saja, posisinya jauh berbeda dengan tahun ini.
Pertama, sektor ekspor Asia akan menguat pada 2014 akibat pemulihan ekonomi AS. Selain itu, pelemahan mata uang di sejumlah negara Asia akan membuat ekspornya menarik bagi negara-negara lain di luar Asia.
Kedua, The Fed tidak menarik semua dana stimulusnya. Artinya, banyak negara Asia yang masih menerima kucuran dana dalam jumlah besar dari bank sentral AS tersebut.
"Pembelian aset hanya berkurang sedikit dari neraca The Fed, tidak semuanya. Likuiditas dalam sistem finansial global akan tetap mendukung aset-aset negara berkembang," ungkapnya.
Chan mengakui, pengurangan dana tersebut dapat berdampak negatif bagi mata uang negara-negara Asia. Tetapi didorong dengan berbagai sentimen dasar lainnya, dampak tapering tidak akan terlalu besar.
"Sebagian besar negara-negara Asia kini menikmati cadangan devisa yang berada di posisi aman. Selain itu, risiko surat utang berdenominasi dolar telah berkurang secara signifikan," jelasnya. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com.
Baca Juga:
IMF: Ekonomi AS akan Menguat pada 2014
Chatib Basri: Pelemahan Rupiah Masih Terkendali
Investor Asing Diminta Jauhi Negara Berkembang
Uniknya, saat The Fed benar-benar mengumumkan aksi tapering akan dilakukan pada Januari 2014, para investor di Asia justru merasa tidak takut sama sekali.
Seperti dikutip dari CNBC, Jumat (27/12/2013), menurut Chief Investment Officer Asia (selain Jepang) Invesco, Paul Chan, tapering tidak lagi membuat negara-negara Asia ketakutan.
"Kami yakin, pengumuman tapering tahun depan akan menghilangkan ketakutan besar yang menghantui pasar global sepanjang 2013. Kami yakin Asia akan mampu berdiri menghadapi dampak-dampak tapering," ungkap Chan.
Menurut Chan, terdapat beberapa alasan yang membuat Asia berada di posisi yang menguntungkan saat The Fed menarik stimulusnya tahun depan. Tentu saja, posisinya jauh berbeda dengan tahun ini.
Pertama, sektor ekspor Asia akan menguat pada 2014 akibat pemulihan ekonomi AS. Selain itu, pelemahan mata uang di sejumlah negara Asia akan membuat ekspornya menarik bagi negara-negara lain di luar Asia.
Kedua, The Fed tidak menarik semua dana stimulusnya. Artinya, banyak negara Asia yang masih menerima kucuran dana dalam jumlah besar dari bank sentral AS tersebut.
"Pembelian aset hanya berkurang sedikit dari neraca The Fed, tidak semuanya. Likuiditas dalam sistem finansial global akan tetap mendukung aset-aset negara berkembang," ungkapnya.
Chan mengakui, pengurangan dana tersebut dapat berdampak negatif bagi mata uang negara-negara Asia. Tetapi didorong dengan berbagai sentimen dasar lainnya, dampak tapering tidak akan terlalu besar.
"Sebagian besar negara-negara Asia kini menikmati cadangan devisa yang berada di posisi aman. Selain itu, risiko surat utang berdenominasi dolar telah berkurang secara signifikan," jelasnya. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com.
Baca Juga:
IMF: Ekonomi AS akan Menguat pada 2014
Chatib Basri: Pelemahan Rupiah Masih Terkendali
Investor Asing Diminta Jauhi Negara Berkembang