Asosiasi Pedagang Mie Bakso (Apmiso) Indonesia mengimbau keras pedagang mie dan bakso di seluruh Indonesia supaya tidak menggunakan campuran daging celeng pada produksi baksonya. Peringatan ini menyusul masuknya daging celeng dari daerah lain ke Ibukota.
Ketua Umum Apmiso, Tri Setyo Budiman mengungkapkan, pihaknya bekerja sama dengan lintas departemen, seperti Badan Karantina Kementerian Pertanian dan lainnya untuk menyisir maraknya penggunaan daging celeng pada bakso.
"Kami kesulitan kalau bekerja sendiri, makanya selain sosialisasi dan edukasi mengenai pemakaian daging, kami juga menggandeng lintas departemen," terang dia di Senayan, Jakarta, Minggu (29/12/2013).
Dia mengakui, akan menindak tegas para pedagang yang berani menggunakan daging celeng atau selain daging sapi pada produksi baksonya.
"Kami bakal tindak dan dibawa ke aparat berwajib karena sangat sulit membedakan bakso yang sudah tercampur dengan daging celeng atau tidak secara kasat mata," tutur Tri.
Dia mengklaim, dari 2,5 juta pedagang bakso dan mie di seluruh Indonesia, hanya sedikit pedagang nakal. "Paling cuma nol koma sekian persen. Tidak banyak lah," ujar dia.
Padahal, kata Tri, Apmiso mengizinkan para pedagang mie dan bakso untuk menggunakan campuran daging sapi lokal dan impor sebagai cara menyiasati tingginya harga daging sapi di pasaran yang kian mencekik.
Harga daging sapi lokal dibanderol sekitar Rp 90 ribu-Rp 100 ribu per kilogram (kg). Sedangkan harga daging impor dipatok berkisar Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu per kilo. Dan pedagang berharap harga jual daging lokal bisa turun ke angka Rp 70 ribu per kg supaya tidak memberatkan pedagang.
"Bisa campur daging sapi lokal 50% dan daging impor 50%. Bisa juga diganti dengan tetelan yang diharapkan harganya sekitar Rp 56 ribu-Rp 57 ribu per kilo," ucap Tri.
Tri memperkirakan, kebutuhan daging sapi impor secara nasional untuk pedagang mie dan bakso meningkat 10% dari realisasi tahun ini sebesar 1.400 ton per tahun. Jumlah ini pun melonjak hampir dua kali lipat dari kebutuhan 500 ton pada 2012.
"Kami juga ingin melindungi petani lokal sehingga porsi daging lokal dan impor harus seimbang," tandas Tri. (Fik/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca Juga:
Nasi Liwet Instan yang Sukses Melanglang Buana ke Mancanegara
Kisah PNS yang Raup Miliaran Rupiah dari Bisnis Sandal Lucu
Perajin Toples Stainless Steel Terpukul Kenaikan Dolar AS
Ketua Umum Apmiso, Tri Setyo Budiman mengungkapkan, pihaknya bekerja sama dengan lintas departemen, seperti Badan Karantina Kementerian Pertanian dan lainnya untuk menyisir maraknya penggunaan daging celeng pada bakso.
"Kami kesulitan kalau bekerja sendiri, makanya selain sosialisasi dan edukasi mengenai pemakaian daging, kami juga menggandeng lintas departemen," terang dia di Senayan, Jakarta, Minggu (29/12/2013).
Dia mengakui, akan menindak tegas para pedagang yang berani menggunakan daging celeng atau selain daging sapi pada produksi baksonya.
"Kami bakal tindak dan dibawa ke aparat berwajib karena sangat sulit membedakan bakso yang sudah tercampur dengan daging celeng atau tidak secara kasat mata," tutur Tri.
Dia mengklaim, dari 2,5 juta pedagang bakso dan mie di seluruh Indonesia, hanya sedikit pedagang nakal. "Paling cuma nol koma sekian persen. Tidak banyak lah," ujar dia.
Padahal, kata Tri, Apmiso mengizinkan para pedagang mie dan bakso untuk menggunakan campuran daging sapi lokal dan impor sebagai cara menyiasati tingginya harga daging sapi di pasaran yang kian mencekik.
Harga daging sapi lokal dibanderol sekitar Rp 90 ribu-Rp 100 ribu per kilogram (kg). Sedangkan harga daging impor dipatok berkisar Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu per kilo. Dan pedagang berharap harga jual daging lokal bisa turun ke angka Rp 70 ribu per kg supaya tidak memberatkan pedagang.
"Bisa campur daging sapi lokal 50% dan daging impor 50%. Bisa juga diganti dengan tetelan yang diharapkan harganya sekitar Rp 56 ribu-Rp 57 ribu per kilo," ucap Tri.
Tri memperkirakan, kebutuhan daging sapi impor secara nasional untuk pedagang mie dan bakso meningkat 10% dari realisasi tahun ini sebesar 1.400 ton per tahun. Jumlah ini pun melonjak hampir dua kali lipat dari kebutuhan 500 ton pada 2012.
"Kami juga ingin melindungi petani lokal sehingga porsi daging lokal dan impor harus seimbang," tandas Tri. (Fik/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca Juga:
Nasi Liwet Instan yang Sukses Melanglang Buana ke Mancanegara
Kisah PNS yang Raup Miliaran Rupiah dari Bisnis Sandal Lucu
Perajin Toples Stainless Steel Terpukul Kenaikan Dolar AS