Sukses

Pasar Keuangan Cerah di 2014, RI Lebih Mudah Cari Utangan

Pasar keuangan pada 2014 sedikit bernafas lega meski bakal dihantam kebijakan pengurangan stimulus (tapering off) dari Bank Sentral AS.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan (DJPU) memperkirakan pasar keuangan tahun depan akan sedikit bernafas lega meski bakal dihantam kebijakan pengurangan stimulus (tapering off) dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve.

"Pasar keuangan di semester I 2014 diharapkan bisa lebih kondusif sehingga dapat mendorong kondisi baik bagi pasar Surat Utang Berharga (SBN) Indonesia," kata Dirjen Pengelolaan Utang, Robert Pakpahan usai Penandatanganan Kerja Sama Pendanaan Proyek Transmisi Jawa Bali di kantornya, Jakarta, Senin (30/12/2013).

Pasar keuangan dalam negeri, lanjut dia, masih akan dibayang-bayangi tapering off pada Januari 2014 sebesar US$ 10 miliar. Meski begitu, dampak tapering off sedikit berkurang karena pasar telah mengantisipasi sejak pengumuman oleh The Federal Reserve pada pertengahan tahun lalu.

"Tahun depan masih ada ketidakpastian ekonomi, tapi pengumuman tapering off sudah tidak terlalu menimbulkan shock lagi karena sudah sering terdengar," sambungnya.

Kondisi baik ini, kata Robert, sangat dibutuhkan Indonesia supaya pemerintah dapat menarik uang dengan mudah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui utang serta non utang.

"Kami akan mengambil utang lebih banyak di semester I sekitar 60% dan sisanya 40% di semester II. Ini adalah strategi kami untuk menutup kebutuhan pembiayaan," terangnya.

Seperti diketahui, berdasarkan asumsi dasar APBN Tahun 2014, pendapatan negara sebesar Rp 1.667,14 triliun, yang terdiri dari Pendapatan Dalam Negeri sebesar Rp 1.665,78 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp 1,36 triliun.

Sedangkan belanja negara tahun depan disepakati sebesar Rp 1.842 triliun, yang terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.249 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 592 triliun.

Berdasarkan perhitungan tersebut, besaran defisit 2014 diperkirakan sebesar 1,69% terhadap PDB atau sebesar Rp 175 triliun. Sumber pembiayaan defisit dipenuhi atas pembiayaan utang sebesar Rp 185 triliun dan pembiayaan non utang sebesar Rp 9,7 triliun. (Fik/Ndw)

Baca juga:

Bangun Tower Setinggi Eiffel, PLN Raih Pinjaman Rp 3 Triliun

Indonesia Butuh US$ 1 Miliar Buat Tambal Utang