Sukses

Mengapa RI Masih Impor Gas Padahal Cadangan Berlimpah?

Indonesia selama ini mengklaim memiliki cadangan gas terbilang cukup banyak dibanding BBM. Tapi mengapa impor gas masih tinggi?

Meski cadangan minyak mulai menipis, kandungan sumber daya alam (SDA) terutama gas bumi di Tanah Air masih berlimpah. Sayangnya, tidak semua gas dapat dibungkus dalam kemasan produk gas elpiji sehingga Indonesia terpaksa mengandalkan impor demi menutup kebutuhan tabung elpiji.

Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, gas Elpiji merupakan produk sampingan dari kegiatan ekploitasi tambang minyak. Sehingga gas Elpiji berbeda dengan gas-gas lain.

"Saat ini Elpiji lebih banyak impor karena memang tidak ada bahannya, makanya harus diimpor. Kalau LNG kan gas alam sehingga kalau menggali di Tambang Arun, Bontang atau Tangguh keluarnya gas, sedangkan gas Elpiji didapat dari produk sampingan penggalian minyak," terang dia di Jakarta, Selasa (7/1/2014).

Bambang mengakui, porsi impor gas Indonesia tercatat sekitar 52%-53% dan sisanya berasal dari pasokan domestik 47%. "Walaupun separuh-separuh tetap harus impor dan tetap ada kenaikan biaya karena kurs (rupiah). Untuk tabung 12 kg tidak disubsidi pemerintah, tapi disubsidi Pertamina," katanya.

Meski masih impor, pemerintah perlu mengapresiasi langkah PT Pertamina (Persero) yang sukses mengalihkan penggunaan minyak tanah ke elpiji.

"Bayangkan kalau kita masih pakai minyak tanah, selain impor pasti subsidi juga besar. Karena tidak mungkin kami kasih harga minyak tanah yang tinggi ke masyarakat kecil. Kalau dibanding harga sekarang, kita menghemat banyak walaupun tetap subsidi," ucapnya.

Di sisi lain, dia mengakui, kenaikan harga elpiji 12 kg sebesar Rp 1.000 dapat dilakukan Pertamina kapan saja. Pertimbangan menaikkan Januari ini, karena BUMN Migas itu tak kuasa menyesuaikan harga pada tahun lalu akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Bukan masalah waktu, karena Pertamina bisa naikkan kapan saja. Ingin naikkan tahun lalu, tapi sudah ada kebijakan penyesuaian harga yang lain (BBM) subsidi. Tetap saja dampak inflasinya paling tinggi 0,3%," tukas Bambang.(Fik/Shd)

Baca Juga

Subsidi Elpiji 3 Kg Jebol Rp 10 Triliun

Elpiji, Energi Andalan Masyarakat RI yang Rugikan Pertamina

Agen Mengaku Bingung Menentukan Harga Jual Elpiji

Dahlan Iskan: Indonesia Terjajah BBM