Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi impor BBM dan produk petrokimia, PT Pertamina (Persero) tengah merampungkan proyek pembangunan residual fluid catalytic cracking (RFCC) yang berlokasi di Refinery Unit VI Cilacap, Jawa Tengah.
Proyek yang telah dimulai sejak Desember 2011 ini, saat ini telah merampungkan pengerjaan konstruksi hingga mencapai lebih dari 50%.
"Sekarang aktualnya, persisnya 55,78%," ujar Project Coordinator RFCC Cilacap Amir Siagian di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (7/1/2014) malam.
Dia mengatakan, proses konstruksi proyek ini diperkirakan akan selesai pada September tahun ini diharapkan akan bisa beroperasi pada akhir 2014.
"Jadwal harusnya akhir September, secara konstruksi. Kemudian dioperasikan diharapkan akhir Desember 2014, itu jadwal awal, kita berharap jadwal itu bisa kita tepati," lanjutnya.
Untuk mengejar target dapat beroperasi dengan kapasitas penuh pada akhir tahun maka proses pengolahan akan dimulai pada September.
"Bulan Desember langsung full kapasitas karena akhir September kita sudah mulai jalan, sebagian dulu beberapa persen nanti terus berjalan sehingga akhir tahun bisa berjalan full, dengan catatan parameter yang kita asumsikan bisa masuk seperti bahan bakunya tersedia," jelasnya.
Meski demikian, Amir mengakui ada beberapa hambatan yang harus dihadapi dalam proses pembangunan proyek tersebut sehingga menyebabkan terjadinya deviasi.
"Memang kita bilangnya bukan terlambat, tapi ada deviasi antara rencana dengan realisasi. Secara penjadwalan ada titik-titik yang bisa kita kejar. Harapan kami deviasi ini sekitar bulan April sudah makin dekat dengan plan-nya sehingga area ulitilisasi akhir September bisa selesai," katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa salah satu hambatan pembangunan proyek ini faktor cuaca yang tidak menentu diwilayah Cilacap. "Faktor cuaca, kalau kita pasang pakai crane yang besar repot. Kemudian juga angin. Kami betul-betul hitung. Kalau anginya masih dibatas toleransi kami jalan, tapi kalau tidak ya kita persiapkan juga masalah keamanannya," tandasnya.
Seperti diketahui, proyek dengan nilai investasi ini sekitar US$ 1,2 miliar ini diharapkan akan meningkatkan produksi gasoline sebesar 1,9 juta kiloliter per tahun.
Selain itu, juga akan meningkatkan produksi liquid petroleum gas (LPG) sebanyak 352 ribu ton per tahun dan mampu memproduksi produk propylene sebesar 142 ribu per tahun. (Dny/Nrm)
Proyek yang telah dimulai sejak Desember 2011 ini, saat ini telah merampungkan pengerjaan konstruksi hingga mencapai lebih dari 50%.
"Sekarang aktualnya, persisnya 55,78%," ujar Project Coordinator RFCC Cilacap Amir Siagian di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (7/1/2014) malam.
Dia mengatakan, proses konstruksi proyek ini diperkirakan akan selesai pada September tahun ini diharapkan akan bisa beroperasi pada akhir 2014.
"Jadwal harusnya akhir September, secara konstruksi. Kemudian dioperasikan diharapkan akhir Desember 2014, itu jadwal awal, kita berharap jadwal itu bisa kita tepati," lanjutnya.
Untuk mengejar target dapat beroperasi dengan kapasitas penuh pada akhir tahun maka proses pengolahan akan dimulai pada September.
"Bulan Desember langsung full kapasitas karena akhir September kita sudah mulai jalan, sebagian dulu beberapa persen nanti terus berjalan sehingga akhir tahun bisa berjalan full, dengan catatan parameter yang kita asumsikan bisa masuk seperti bahan bakunya tersedia," jelasnya.
Meski demikian, Amir mengakui ada beberapa hambatan yang harus dihadapi dalam proses pembangunan proyek tersebut sehingga menyebabkan terjadinya deviasi.
"Memang kita bilangnya bukan terlambat, tapi ada deviasi antara rencana dengan realisasi. Secara penjadwalan ada titik-titik yang bisa kita kejar. Harapan kami deviasi ini sekitar bulan April sudah makin dekat dengan plan-nya sehingga area ulitilisasi akhir September bisa selesai," katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa salah satu hambatan pembangunan proyek ini faktor cuaca yang tidak menentu diwilayah Cilacap. "Faktor cuaca, kalau kita pasang pakai crane yang besar repot. Kemudian juga angin. Kami betul-betul hitung. Kalau anginya masih dibatas toleransi kami jalan, tapi kalau tidak ya kita persiapkan juga masalah keamanannya," tandasnya.
Seperti diketahui, proyek dengan nilai investasi ini sekitar US$ 1,2 miliar ini diharapkan akan meningkatkan produksi gasoline sebesar 1,9 juta kiloliter per tahun.
Selain itu, juga akan meningkatkan produksi liquid petroleum gas (LPG) sebanyak 352 ribu ton per tahun dan mampu memproduksi produk propylene sebesar 142 ribu per tahun. (Dny/Nrm)