Sukses

Diberi Insentif, Petani NTT Dapat Kantongi Penghasilan Rp 5 Juta

Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berupaya untuk membuat masyarakat tetap menggeluti profesi di sektor pertanian.

Profesi sebagai petani di beberapa daerah mulai ditinggalkan karena dianggap tak menarik. Selain penghasilan yang kecil, banyak warga memutuskan beralih menjadi buruh industri.

Berbeda, Bupati Belu, perbatasan di Nusa Tenggara Timur (NTT) Yoaki Lopez mempunyai strategi supaya ratusan ribu warganya tertarik untuk berladang dan memiliki pendapatan tinggi.

"Di Belu tidak ada industri, karena mayoritas mata pencaharian penduduk Belu bertani. Jadi bagaimana caranya saya membuat sektor ini menarik, petani bisa nanam jagung, padi dan komoditas lainnya tanpa rugi," jelas dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (15/1/2014).

Pemda, menurut Yoaki, telah melakukan berbagai upaya untuk membuat sektor pertanian menjadi primadona di wilayah Belu. Sebagai contoh, Yoaki menyebut, pihaknya memberikan insentif kepada petani berupa subsidi pupuk dan bibit unggul gratis, peminjaman traktor bersar, pengelolaan tanah secara cuma-cuma dan lainnya.

"Dengan cara ini, kami bersyukur produktivitas petani meningkat dan hasil pertanian pun melonjak. Misalnya jagung dari awalnya cuma 2-3 ton per sekali panen, sekarang sudah 6-7 ton jagung setiap kali panen," paparnya.

Peningkatan hasil panen tersebut, tambah dia, mendorong pendapatan per kapita petani Belu bisa mencapai Rp 5 juta per orang. "Rp 5 juta cuma dari bertani lho. Makanya senang tidak ada industri, tidak ada demo buruh," ungkapnya.

Yoaki mengklaim, upaya tersebut telah menyusutkan tingkat kemiskinan di wilayah Belu tahun lalu menjadi 14% dibanding tahun sebelumnya sekitar 17% dari total penduduk sebanyak 400 ribu jiwa. (Fik/Ahm)