Sukses

Malu, Bupati Belu NTT Ogah Terima Aliran Listrik dari Timor Leste

Pemda Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakui pasokan listrik di wilayah perbatasan Belu masih kecil.

Pemerintah Daerah (Pemda) Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakui pasokan listrik di wilayah perbatasan Belu masih kecil.

Meski begitu, pihaknya lebih memilih membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dibandingkan mengambil listrik dari negara tetangga.

"Elektrifikasi (yang dialiri) listrik di Belu baru 40% karena memang belum terjamah PLN. Sebab Belu merupakan daerah perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste," ujar Bupati Beli, Yoaki Lopez di Jakarta, Rabu (15/1/2014).

Walaupun begitu, dia menegaskan, enggan mengaliri Belu dengan listrik dari negara terdekat Indonesia, Timor Leste meski negara tersebut pernah menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan nama Timor-timur. "Tidak mau ambil listrik daru Timor Leste, malu," tuturnya singkat.

Sebagai alternatif, menurut Yoaki, pemda telah membangun dan mengoperasikan lima PLTS. Pembangkit ini sangat bermanfaat bagi warga sekitar bukan saja sekadar untuk menerangi kegelapan malam tapi juga keperluan yang lain.

"Kami akan membangun tiga PLTS tambahan secara terpusat tahun ini. Satu unitnya menghasilkan daya setrum sampai 50 kilowatt hour (kWh) dan bisa meng-cover sekitar 200 kepala keluarga per unit PLTS," terangnya.

Terkait anggaran, kata Yoaki Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengalokasikan dana untuk membantu pembangunan ketiga PLTS tersebut.

Pasalnya, dia menyebut, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Belu saat ini tercatat sebesar Rp 500 miliar. Dari angka itu, sekitar lebih dari 20% digelontorkan untuk infrastruktur dan 30% untuk gaji pegawai negeri.

"Dengan tambahan PLTS ini, kami berharap tingkat elektrifikasi listrik di Belu meningkat menjadi 50% dari saat ini 40%," tandas Yoaki.(Fik/Nrm)
Video Terkini