Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate diprediksi masih akan bertahan pada level 7,5% hingga akhir 2014. Hal ini lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi tingkat suku bunga.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan bila BI memaksakan untuk menaikan BI Rate hingga menyentuh level 9% maka hal tersebut akan memberikan dampak pada perlambatan perekonomian Indonesia dan tingkat suku bunga juga tergantung pada laju inflasi didalam negeri.
Menurutnya, BI menganut inflation targeting framework, di mana BI akan menaikkan suku bunga bila ekspektasi inflasi cenderung meningkat dan sebaliknya.
"Suku bunga yang relatif rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujarnya saat berbicara pada Danareksa Conference Series di Jakarta, Kamis (16/1/2014).
Namun, menurut dia, BI juga dinilai masih khawatir terkait dengan neraca berjalan yang masih defisit. "Saya curiga Bank Sentral kita masih khawatir terhadap defisit neraca transaksi berjalan, tapi paling dia tidak mengganggu dengan menahan suku bunga 7,5% sampai akhir tahun," tutur dia.
Purbaya menjelaskan, persoalan neraca transaksi berjalan yang terjadi saat ini bisa dikurangi jika kebijakan pemerintah yang sudah dikeluarkan sebelumnya bisa berjalan efektif seperti kebijakan untuk meningkatkan kegiatan ekspor dan mengurangi impor.
"Jika kebijakan pemerintah efektif, maka ekspor kita akan membaik dan ini akan membantu dalam menekan current account kita," tandasnya. (Dny/Nrm)
Baca juga:
Menguat 53 Poin, Putusan BI Rate Angkat IHSG
BI Rate Tetap 7,5%, Sektor UKM Bisa Bernapas
BI Rate Diprediksi Bertahan di Level 7,5%
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan bila BI memaksakan untuk menaikan BI Rate hingga menyentuh level 9% maka hal tersebut akan memberikan dampak pada perlambatan perekonomian Indonesia dan tingkat suku bunga juga tergantung pada laju inflasi didalam negeri.
Menurutnya, BI menganut inflation targeting framework, di mana BI akan menaikkan suku bunga bila ekspektasi inflasi cenderung meningkat dan sebaliknya.
"Suku bunga yang relatif rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujarnya saat berbicara pada Danareksa Conference Series di Jakarta, Kamis (16/1/2014).
Namun, menurut dia, BI juga dinilai masih khawatir terkait dengan neraca berjalan yang masih defisit. "Saya curiga Bank Sentral kita masih khawatir terhadap defisit neraca transaksi berjalan, tapi paling dia tidak mengganggu dengan menahan suku bunga 7,5% sampai akhir tahun," tutur dia.
Purbaya menjelaskan, persoalan neraca transaksi berjalan yang terjadi saat ini bisa dikurangi jika kebijakan pemerintah yang sudah dikeluarkan sebelumnya bisa berjalan efektif seperti kebijakan untuk meningkatkan kegiatan ekspor dan mengurangi impor.
"Jika kebijakan pemerintah efektif, maka ekspor kita akan membaik dan ini akan membantu dalam menekan current account kita," tandasnya. (Dny/Nrm)
Baca juga:
Menguat 53 Poin, Putusan BI Rate Angkat IHSG
BI Rate Tetap 7,5%, Sektor UKM Bisa Bernapas
BI Rate Diprediksi Bertahan di Level 7,5%