Bank Indonesia (BI) menyayangkan budaya masyarakat di beberapa wilayah di Kalimantan terutama masyarakat pedalaman dalam memperlakukan mata uang Rupiah.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengungkapkan kebiasaan masyarakat di beberapa wilayah Kalimantan itu adalah menjaga dan menyimpan uang dengan dibasahi dengan air.
"Saya lihat di Kalimantan itu, uang biar nggak terbang itu dengan dicelupkan ke air biar, kalau di sini kan paling ditindih batu atau apa, akibatnya uang yang cepet lusuh, ini bukan kebiasaan yang baik," ungkap dia dalam Forum Group Discusion dengan media di Gedung Bank Indonesia, Kamis (16/1/2014).
Tak hanya itu, Ronald juga mewanti-wanti untuk menjaga nilai tukar tunggal di Indonesia ini masyarakat dihimbau untuk tidak mermas-remas uang dalam melakukan pembayaran.
"Di Jakarta juga, kebiasaan macet kena tilang kita kasih ke polisi 'cepek', diremas remas, itu juga cepet lusuh," kata Ronald.
Untuk itu Bank Indonesia mengaku untuk tahun 2014 akan terus meningkatkan sosialisasi terkait penanganan dan pemeliharaan mata uang.
Yang paling utama, sebagai terobosan BI akan merangkul kalangan mahasiswa dan para pakar pendidikan untuk membantu melakukan sosialisasi tersebut.
"Kami juga masuk ke sektor pendidikan kita sudah ada MoU dengan Kemendikbud untuk penanganan dan pemeliharaan uang," pungkas Ronald. (Yas/Nrm)
Baca juga:
Rupiah Bakal Jadi Mata Uang yang Pertama Bangkit di Asia
Rupiah di Pasar Kontrak Masih Bertahan di Level 11 Ribu/US$
Mampukah Rupiah Bertahan di Level 11 Ribu per Dolar AS?
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengungkapkan kebiasaan masyarakat di beberapa wilayah Kalimantan itu adalah menjaga dan menyimpan uang dengan dibasahi dengan air.
"Saya lihat di Kalimantan itu, uang biar nggak terbang itu dengan dicelupkan ke air biar, kalau di sini kan paling ditindih batu atau apa, akibatnya uang yang cepet lusuh, ini bukan kebiasaan yang baik," ungkap dia dalam Forum Group Discusion dengan media di Gedung Bank Indonesia, Kamis (16/1/2014).
Tak hanya itu, Ronald juga mewanti-wanti untuk menjaga nilai tukar tunggal di Indonesia ini masyarakat dihimbau untuk tidak mermas-remas uang dalam melakukan pembayaran.
"Di Jakarta juga, kebiasaan macet kena tilang kita kasih ke polisi 'cepek', diremas remas, itu juga cepet lusuh," kata Ronald.
Untuk itu Bank Indonesia mengaku untuk tahun 2014 akan terus meningkatkan sosialisasi terkait penanganan dan pemeliharaan mata uang.
Yang paling utama, sebagai terobosan BI akan merangkul kalangan mahasiswa dan para pakar pendidikan untuk membantu melakukan sosialisasi tersebut.
"Kami juga masuk ke sektor pendidikan kita sudah ada MoU dengan Kemendikbud untuk penanganan dan pemeliharaan uang," pungkas Ronald. (Yas/Nrm)
Baca juga:
Rupiah Bakal Jadi Mata Uang yang Pertama Bangkit di Asia
Rupiah di Pasar Kontrak Masih Bertahan di Level 11 Ribu/US$
Mampukah Rupiah Bertahan di Level 11 Ribu per Dolar AS?