PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III mendapatkan pasokan 2,7 juta metric standart cubic feet per day (mmscfd) gas per tahun dari PT Pertamina (Persero) untuk memenuhi kebutuhan energi Terminal Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak.
Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha, Pelindo III Husein Latief mengatakan, Terminal Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak yang akan dioperasikan awal Mei 2014 mendatang membutuhkan energi yang tidak sedikit.
Pada beberapa pelabuhan dan terminal sebelumnya bertumpu pada solar sebagai bahan bakar diesel. Namun Terminal Teluk Lamong akan beralih menggunakan energi listrik.
Bahkan Pelabuhan Indonesia III, sebagai pengelola terminal tersebut, juga tengah mengkaji untuk membangun pembangkit sendiri dengan menggunakan bahan bakar gas.
"Apalagi, harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan, sehingga penggunaan energi ramah lingkungan dan murah dipastikan menjadi tujuannya. Apalagi kita sudah berkomitmen ke arah go green. Karena itu, kami akan meninggalkan penggunaan solar yang berpolusi itu ke energi listrik dan gas,” kata Husein, dalam laporan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (21/1/2014).
Selain menggunakan listrik sebagai salah satu sumber energi operasional, Teluk Lamong juga menggunakan energi matahari, terutama untuk penerangan jalan dan parkir. Setidaknya ada sejumlah penerangan yang menggunakan solar cell sebagai penerangan.
“Dengan adanya diversifikasi energi dari solar ke listrik diperkirakan bisa menekan biaya operasional 30% hingga 50%,” jelas Husein.
Jelang pengoperasian, kebutuhan gas untuk transportasi dari dan ke Terminal Teluk Lamong mulai mendapat kepastian.
Dari hasil pembicaraan antara PT Terminal Teluk Lamong dengan Pertamina, kebutuhan gas yang akan dipasok sebanyak 2,7 mmscfd per tahun.
Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong Prasetyadi mengungkapkan bahwa pasokan gas ini baru untuk memenuhi kebutuhan truck trailler ramah lingkungan yang akan beroperasi dari dan ke Terminal Teluk Lamong.
Sedangkan untuk kebutuhan operasional Teluk Lamong sendiri yaitu untuk penyiapan pembuatan pembangkit listrik bertenaga gas masih belum dibahas.
Prasetyadi menyebut kebutuhan Terminal Teluk Lamong pada tahap awal beroperasi sekitar 300-400 truck setiap hari.
“Pembicaraan ini baru pembahasan kebutuhan pasokan gas dari Pertamina. Sementara kita nanti yang menyediakan stasiun pengisian bagi truck yang beroperasi di Terminal Teluk Lamong,” ungkap dia.
Kapasitas 2,7 mmscfd dianggap sudah cukup untuk memenuhi pasokan gas pada tahun pertama pengoperasian Terminal Teluk Lamong.
Kebutuhan tertinggi nantinya untuk truck trailler yang beroperasi dari Terminal Teluk Lamong menuju pergudangan maupun pabrik dan wilayah industri.
Terminal Teluk Lamong nantinya akan menyediakan dua jenis pengisian. Pengisian pertama ditempatkan dalam bentuk stasiun pengisian, dan metode kedua dalam bentuk mobile.
“Ada dua stasiun yang sudah kita siapkan pada tahap awal, pertama di dalam Terminal Teluk Lamong dan kedua di kawasan Kejapanan Kabupaten Pasuruan,” ungkapnya.
Selanjutnya Terminal Teluk Lamong pada tahap berikutnya akan menempatkan stasiun pengisian gas di Lamongan atau Tuban untuk jalur pantura.
Masalahnya truck dari Tanjung Perak melalui jalur pantura, demikian juga melalui jalur selatan maupun timur juga cukup banyak.
Prasetyadi belum bersedia membahas harga yang telah ditetapkan untuk pasokan truck. “Memang belum. Tetapi kita pastikan menyesuaikan dengan harga sebagaimana yang telah diatur dalam keputusan pemerintah,” lanjut alumnus program master Le Havre University Prancis itu.
Kepala Humas PT Pelindo III Edi Priyanto menyebutkan pasokan gas ini bisa bertambah seiring pada tahun-tahun berikutnya.
“Pasokan tersebut sudah cukup untuk tahun pertama. Tentunya ada pembicaraaan pada tahun berikutnya, khusus untuk truck yang beroperasi di Teluk Lamong,” terangnya.
Pada pertemuan antara PT Terminal Teluk Lamong dengan Pertamina belum membahas masalah kebutuhan pasokan untuk energi. Saat ini pasokan energi masih bersumber pada listrik yang sudah dibahas bersama PLN, sebesar 16 mega watt (Mw). (Pew/Nrm)
Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha, Pelindo III Husein Latief mengatakan, Terminal Teluk Lamong Pelabuhan Tanjung Perak yang akan dioperasikan awal Mei 2014 mendatang membutuhkan energi yang tidak sedikit.
Pada beberapa pelabuhan dan terminal sebelumnya bertumpu pada solar sebagai bahan bakar diesel. Namun Terminal Teluk Lamong akan beralih menggunakan energi listrik.
Bahkan Pelabuhan Indonesia III, sebagai pengelola terminal tersebut, juga tengah mengkaji untuk membangun pembangkit sendiri dengan menggunakan bahan bakar gas.
"Apalagi, harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan, sehingga penggunaan energi ramah lingkungan dan murah dipastikan menjadi tujuannya. Apalagi kita sudah berkomitmen ke arah go green. Karena itu, kami akan meninggalkan penggunaan solar yang berpolusi itu ke energi listrik dan gas,” kata Husein, dalam laporan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (21/1/2014).
Selain menggunakan listrik sebagai salah satu sumber energi operasional, Teluk Lamong juga menggunakan energi matahari, terutama untuk penerangan jalan dan parkir. Setidaknya ada sejumlah penerangan yang menggunakan solar cell sebagai penerangan.
“Dengan adanya diversifikasi energi dari solar ke listrik diperkirakan bisa menekan biaya operasional 30% hingga 50%,” jelas Husein.
Jelang pengoperasian, kebutuhan gas untuk transportasi dari dan ke Terminal Teluk Lamong mulai mendapat kepastian.
Dari hasil pembicaraan antara PT Terminal Teluk Lamong dengan Pertamina, kebutuhan gas yang akan dipasok sebanyak 2,7 mmscfd per tahun.
Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong Prasetyadi mengungkapkan bahwa pasokan gas ini baru untuk memenuhi kebutuhan truck trailler ramah lingkungan yang akan beroperasi dari dan ke Terminal Teluk Lamong.
Sedangkan untuk kebutuhan operasional Teluk Lamong sendiri yaitu untuk penyiapan pembuatan pembangkit listrik bertenaga gas masih belum dibahas.
Prasetyadi menyebut kebutuhan Terminal Teluk Lamong pada tahap awal beroperasi sekitar 300-400 truck setiap hari.
“Pembicaraan ini baru pembahasan kebutuhan pasokan gas dari Pertamina. Sementara kita nanti yang menyediakan stasiun pengisian bagi truck yang beroperasi di Terminal Teluk Lamong,” ungkap dia.
Kapasitas 2,7 mmscfd dianggap sudah cukup untuk memenuhi pasokan gas pada tahun pertama pengoperasian Terminal Teluk Lamong.
Kebutuhan tertinggi nantinya untuk truck trailler yang beroperasi dari Terminal Teluk Lamong menuju pergudangan maupun pabrik dan wilayah industri.
Terminal Teluk Lamong nantinya akan menyediakan dua jenis pengisian. Pengisian pertama ditempatkan dalam bentuk stasiun pengisian, dan metode kedua dalam bentuk mobile.
“Ada dua stasiun yang sudah kita siapkan pada tahap awal, pertama di dalam Terminal Teluk Lamong dan kedua di kawasan Kejapanan Kabupaten Pasuruan,” ungkapnya.
Selanjutnya Terminal Teluk Lamong pada tahap berikutnya akan menempatkan stasiun pengisian gas di Lamongan atau Tuban untuk jalur pantura.
Masalahnya truck dari Tanjung Perak melalui jalur pantura, demikian juga melalui jalur selatan maupun timur juga cukup banyak.
Prasetyadi belum bersedia membahas harga yang telah ditetapkan untuk pasokan truck. “Memang belum. Tetapi kita pastikan menyesuaikan dengan harga sebagaimana yang telah diatur dalam keputusan pemerintah,” lanjut alumnus program master Le Havre University Prancis itu.
Kepala Humas PT Pelindo III Edi Priyanto menyebutkan pasokan gas ini bisa bertambah seiring pada tahun-tahun berikutnya.
“Pasokan tersebut sudah cukup untuk tahun pertama. Tentunya ada pembicaraaan pada tahun berikutnya, khusus untuk truck yang beroperasi di Teluk Lamong,” terangnya.
Pada pertemuan antara PT Terminal Teluk Lamong dengan Pertamina belum membahas masalah kebutuhan pasokan untuk energi. Saat ini pasokan energi masih bersumber pada listrik yang sudah dibahas bersama PLN, sebesar 16 mega watt (Mw). (Pew/Nrm)