Sukses

Parlemen Jepang Pernah Minta Maaf Bikin RI Macet

Sebagian besar dari pasar motor di Indonesia merupakan kendaraan roda dua dan empat dari Jepang.

Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) membeberkan sekelumit kisah pengalaman calon investor Jepang saat menginjakkan kaki di Indonesia. Pasalnya banyak pengusaha asal negeri Matahari Terbit itu menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama investasi.

Ketua AEI, Airlangga Hartarto mengungkapkan, Jepang saat ini jor-joran untuk berinvestasi ke luar negeri, termasuk Indonesia dibanding di dalam negeri. Sebab pengusaha Jepang melihat upah buruh di Indonesia masih tergolong murah.

"Keputusan Jepang memang sangat mulus untuk investasi di Indonesia, tapi saya pernah mendatangi parlemen Jepang dan mereka bilang ada salah satu CEO perusahaan Jepang datang ke Indonesia pada pukul 5 sore. Ketika masuk tol Cengkareng sampai pertengahan, dia malah pulang lagi ke Jepang karena macet," tuturnya di Indonesia Investor Forum 3, Jakarta, Selasa (21/1/2014).

Lebih jauh Airlangga membela, bahwa pasar motor di Indonesia jauh lebih besar dibanding pasar motor di Jepang. Padahal negari Sakura ini merupakan salah satu basis produksi otomotif terkenal di dunia, termasuk kendaraan roda dua dan empat.

"Saya jawab, pasar motor di Jepang cuma 500 ribu unit. Sedangkan pasar motor di Indonesia hampir 8 juta unit," katanya.

Dia mengakui, sebagian besar dari pasar motor di Indonesia merupakan kendaraan roda dua dan empat dari Jepang.

"Sebanyak 90% orang Indonesia suka motor Jepang sehingga 90% motor di Indonesia adalah motor Jepang. Mendengar itu, parlemen Jepang minta maaf karena Jepang yang ternyata bikin macet Indonesia," papar dia.

Di samping itu, Airlangga menjelaskan, Jepang menganggap Indonesia mempunyai faktor kompetitif dibandingkan Thailand. Seperti diketahui, negeri Gajah Putih itu merupakan salah satu pusat otomotif di dunia.

Meski kalah dari sisi basis produksi, tambah dia, jumlah suplier Indonesia jauh lebih banyak dari Thailand. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai pemenang.

"Menariknya, banjir di Indonesia masih affordable dari banjir di Thailand. Sehingga Jepang lebih memilih investasi di Indonesia. Ternyata faktor alam masih berpihak pada kita dan menjadi insentif yang perlu disyukuri," tandas Airlangga. (Fik/Ndw)