Tingginya tingkat pengangguran masih menjadi persoalan yang menggerogoti pasar tenaga kerja global. Salah satu penyebab utama menumpuknya jumlah pengangguran di dunia sejak krisis finansial global adalah banyaknya pelamar kerja yang terlalu lama menganggur.
Seperti dikutip dari laporan resmi Organisasi Buruh Internasional (ILO), Rabu (22/1/2014), tingkat pengangguran di dunia telah meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan sebelum krisis finansial 2008. Akibat krisis tersebut, wilayah Eropa menderita tingkat pengangguran yang sangat tinggi.
Bahkan para lulusan universitas di Spanyol harus mencoba peruntungan di negara lain karena sangat sulit mencari kerja di negara asalnya.
Di negara-negara yang menunjukkan tingkat pemulihan ekonomi yang baik seperti Amerika Serikat (AS), sebanyak 40% dari total pelamar kerja terancam tidak akan memperoleh pekerjaan.
Kondisi tersebut dipicu banyaknya pelamar kerja yang menganggur dalam jangka waktu terlalu lama. Akibatnya, keahlian dan kemampuan profesional yang dimiliki terus berkurang dan membuatnya semakin sulit menembus perusahaan-perusahaan penyedia lowongan kerja baru.
Maklum, keahlian seseorang dapat terus berkembang jika selalu diasah melalui sejumlah kegiatan profesional yang dilakukan di tempat kerja.
Tingkat pengangguran di sejumlah wilayah di dunia hanya bisa diatasi dengan menambah laju pemulihan pasar tenaga kerja seiring dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi.
Setiap tahunnya, ILO memprediksi, sekitar 40 juta lowongan pekerjaan baru tercipta. Sayangnya jumlah tersebut jauh lebih kecil dari jumlah masyarakat yang memasuki pasar tenaga kerja sebanyak 42,6 juta per tahun. (Sis/Nrm)
Baca juga:
Gaji 375 Juta Pekerja di Dunia Cuma Rp 15.500/Hari
74,5 Juta Anak Muda Dunia Bakal Sandang Status Pengangguran
3 Pengganjal Terciptanya Lowongan Pekerjaan di Dunia
Seperti dikutip dari laporan resmi Organisasi Buruh Internasional (ILO), Rabu (22/1/2014), tingkat pengangguran di dunia telah meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan sebelum krisis finansial 2008. Akibat krisis tersebut, wilayah Eropa menderita tingkat pengangguran yang sangat tinggi.
Bahkan para lulusan universitas di Spanyol harus mencoba peruntungan di negara lain karena sangat sulit mencari kerja di negara asalnya.
Di negara-negara yang menunjukkan tingkat pemulihan ekonomi yang baik seperti Amerika Serikat (AS), sebanyak 40% dari total pelamar kerja terancam tidak akan memperoleh pekerjaan.
Kondisi tersebut dipicu banyaknya pelamar kerja yang menganggur dalam jangka waktu terlalu lama. Akibatnya, keahlian dan kemampuan profesional yang dimiliki terus berkurang dan membuatnya semakin sulit menembus perusahaan-perusahaan penyedia lowongan kerja baru.
Maklum, keahlian seseorang dapat terus berkembang jika selalu diasah melalui sejumlah kegiatan profesional yang dilakukan di tempat kerja.
Tingkat pengangguran di sejumlah wilayah di dunia hanya bisa diatasi dengan menambah laju pemulihan pasar tenaga kerja seiring dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi.
Setiap tahunnya, ILO memprediksi, sekitar 40 juta lowongan pekerjaan baru tercipta. Sayangnya jumlah tersebut jauh lebih kecil dari jumlah masyarakat yang memasuki pasar tenaga kerja sebanyak 42,6 juta per tahun. (Sis/Nrm)
Baca juga:
Gaji 375 Juta Pekerja di Dunia Cuma Rp 15.500/Hari
74,5 Juta Anak Muda Dunia Bakal Sandang Status Pengangguran
3 Pengganjal Terciptanya Lowongan Pekerjaan di Dunia