Sukses

Pengusaha Lokal Minim, Asing Malas Bangun Terminal Elpiji

Menperin mengakui sejumlah investor asing berminat membangun terminal elpiji.

Kebutuhan gas elpiji yang terus meningkat setiap tahunnya mendoorong pemerintah untuk meminta bantuan kalangan pengusaha agar berperan besar dengan membangun terminal elpiji.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengungkapkan kebutuhan elpiji saat ini terus mengalami peningkatan hingga 23% per tahun. Lonjakan permintaan tak hanya dipicu kebijakan pemerintah yang mengkonversi minyak tanah ke gas elpiji.

"Saat ini semakin banyak industri yang menggunakan elpiji sebagai bahan bakar dalam proses produksinya seperti pada industri makanan dan manufaktur," ujarnya di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (22/1/2014).

Menurut Hidayat, program konversi BBM ke gas yang dimulai pada 2007 bertujuan mengurangi beban subsidi minyak tanah yang mencapai Rp 31 triliun per hari. Subsidi pemerintah terhadap BBM premium, solar dan minyak tanah pada 2013 bahkan telah mencapai Rp 200 triliun.

Untuk mendukung konversi BBM ke gas ini, Hidayat memuji langkah Grup Bosowa yang memutuskan membangun terminal elpiji di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Pembangunan terminal berkapasitas penyimpanan 10 ribu metrik ton dan fasilitas penyaluran 500-3 ribu ton per diharapkan membantu pemenuhan elpiji di Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT.

"Dengan 10 ribu metrik ton ini, kalau di Pulau Jawa saya rasa sudah bisa mencukupi, tetapi kalau diluar Jawa mungkin belum. Karena untuk wilayah Jawa Timur kebutuhan elpiji mencapai 2.500 ton per hari," jelasnya.

Hidayat mengakui, sejumlah investor asing memang telah ada yang berminat membangun terminal serupa. Namun niat itu masih jauh dari realisasi karena minimnya pengusaha lokal yang membangun terminal tersebut.

"Makanya begitu pengusaha nasionalnya merealisasikan ini, saya dorong semua," tandas Hidayat.(Dny/Shd)