Konsultan Properti Internasional, Jones Lang LaSalle memprediksi pasar properti di Indonesia, khususnya Jakarta akan melambat seiring gejolak ekonomi dunia termasuk yang melanda kawasan Asia Pasifik.
Dua faktor utamanya adalah pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan suku bunga. Head of Research Jones Lang Lasalle, Anton Sitorus mengungkapkan, kedua faktor internal tersebut memaksa para pelaku pasar menahan rencana ekspansi atau pembelian di sektor properti.
"Ditambah lagi akan ada pemilu di tahun ini sehingga membuat volume permintaan pasar di sektor properti," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/1/2014).
Berdasarkan hasil survei lembaganya di Jakarta, Anton menyebut, tren perlambatan penjualan di sektor perkantoran, pusat perbelanjaan dan apartemen terjadi sejak kuartal III 2013. Dia memperkirakan tren ini masih akan terjadi di 2014.
Di sektor perkantoran komersial, dia menjelaskan, permintaan tetap positif namun terjadi penurunan volume. Begitu pula dengan tingkat hunian yang stabil karena tambahan pasokan tidak banyak.
Sedangkan pertumbuhan harga sewa ruang kantor akan melambat mengikuti tren semester II 2013 seiring dengan penundaan peluncuran proyek baru dari para pengembang.
"Sedangkan di sektor pusat perbelanjaan, perkiraan saya permintaan ruang masih akan relatif stabil cenderung melambat, tingkat hunian tetap berada di level seperti tahun lalu. Harga sewa naik tipis karena pembangunan proyek baru masih terbatas," tutur dia.
Sementara sektor residensial (kondominium dan perumahan), Anton bilang, akan mengalami penurunan penjualan sementara akibat dari peluncuran proyek atau kluster baru tidak sebanyak 2013. Kenaikan harga masih berlangsung meski terganjal penjualan yang melambat.
Senada mengenai hal itu, memasuki tahun ini, Country Head Jones Lang LaSalle, Todd Lauchlan menuturkan, perlambatan pasar berpeluang untuk berlanjut dalam beberapa triwulan ke depan. Kondisi ekonomi dan sosial-politik menjelang pelaksanaan pemilu diperkirakan meningkat sehingga dinamika bisnis termasuk sektor properti akan sedikit mereda.
"Secara umum permintaan dan pertumbuhan harga properti diperkirakan menurun pada tahun ini dibanding 2013. Tapi momen setelah pemilu bisa menjadi awal baru pertumbuhan pasar properti dengan asumsi pelaksanaan pemilu berjalan positif dan pertumbuhan ekonomi terus berlanjut," harap dia. (Fik/Ahm)
Baca juga:
Harga Jual Tetap, 42 Ribu Apartemen Baru Siap Dihuni
2014, Tahun Tepat Buat Investasi Rumah
Kantor & Mal Lebih Nyaman Bayar Sewa Pakai Dolar AS
Dua faktor utamanya adalah pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan suku bunga. Head of Research Jones Lang Lasalle, Anton Sitorus mengungkapkan, kedua faktor internal tersebut memaksa para pelaku pasar menahan rencana ekspansi atau pembelian di sektor properti.
"Ditambah lagi akan ada pemilu di tahun ini sehingga membuat volume permintaan pasar di sektor properti," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/1/2014).
Berdasarkan hasil survei lembaganya di Jakarta, Anton menyebut, tren perlambatan penjualan di sektor perkantoran, pusat perbelanjaan dan apartemen terjadi sejak kuartal III 2013. Dia memperkirakan tren ini masih akan terjadi di 2014.
Di sektor perkantoran komersial, dia menjelaskan, permintaan tetap positif namun terjadi penurunan volume. Begitu pula dengan tingkat hunian yang stabil karena tambahan pasokan tidak banyak.
Sedangkan pertumbuhan harga sewa ruang kantor akan melambat mengikuti tren semester II 2013 seiring dengan penundaan peluncuran proyek baru dari para pengembang.
"Sedangkan di sektor pusat perbelanjaan, perkiraan saya permintaan ruang masih akan relatif stabil cenderung melambat, tingkat hunian tetap berada di level seperti tahun lalu. Harga sewa naik tipis karena pembangunan proyek baru masih terbatas," tutur dia.
Sementara sektor residensial (kondominium dan perumahan), Anton bilang, akan mengalami penurunan penjualan sementara akibat dari peluncuran proyek atau kluster baru tidak sebanyak 2013. Kenaikan harga masih berlangsung meski terganjal penjualan yang melambat.
Senada mengenai hal itu, memasuki tahun ini, Country Head Jones Lang LaSalle, Todd Lauchlan menuturkan, perlambatan pasar berpeluang untuk berlanjut dalam beberapa triwulan ke depan. Kondisi ekonomi dan sosial-politik menjelang pelaksanaan pemilu diperkirakan meningkat sehingga dinamika bisnis termasuk sektor properti akan sedikit mereda.
"Secara umum permintaan dan pertumbuhan harga properti diperkirakan menurun pada tahun ini dibanding 2013. Tapi momen setelah pemilu bisa menjadi awal baru pertumbuhan pasar properti dengan asumsi pelaksanaan pemilu berjalan positif dan pertumbuhan ekonomi terus berlanjut," harap dia. (Fik/Ahm)
Baca juga:
Harga Jual Tetap, 42 Ribu Apartemen Baru Siap Dihuni
2014, Tahun Tepat Buat Investasi Rumah
Kantor & Mal Lebih Nyaman Bayar Sewa Pakai Dolar AS